Tingginya UKT Pendidikan Dokter dengan Segala Konsekwensinya

Drs.H. Salman Rasyidin Wartawan Senior Sumsel
Indonesia, dengan populasi yang terus bertambah dari waktun ke waktu, menghadapi tantangan besar dalam bidang kesehatan dan pendidikan. Salah satunya adalah rendahnya rasio dokter terhadap jumlah penduduk yang terus berkembang.
Menurut data World Health Organiatition (WHO) lembaga PBB di bidang kesehatan dan World Bank, perbandingan ideal antara dokter dan warga negara adalah 1:1000, yang berarti idealnya untuk satu (1) dokter untuk setiap 1.000 warga negara.
Namun faktanya di Indonesia, rasionya hanya 0,47:1000 atau dengan kata lain 47 dokter untuk setiap 100.000 warga negara. Hal ini menempatkan Indonesia sebagai negara dengan rasio dokter terburuk ketiga di ASEAN, setelah Laos dan Kamboja.
Salah satu factor penyebab yang turut menyumbang pada rendahnya jumlah dokter di Indonesia adalah tingginya biaya pendidikan kedokteran, salah satunya di Universitas Sriwijaya (UNSRI).
Apa Itu UKT?
Pada tataran awal perlu dipahami masalah Uang Kuliah Tunggal yang lebih familiar dengan sebutamn UKT. UKT adalah sistem pembayaran biaya pendidikan di perguruan tinggi negeri (PTN) di Indonesia yang diberlakukan sejak tahun 2013. Sistem pembayaran ini ditetapkan melalui Permendikbud Nomor 55 Tahun 2013 dan direvisi dalam Permenristekdikti Nomor 22 Tahun 2015.
UKT bertujuan untuk memudahkan mahasiswa dengan menyederhanakan biaya pendidikan menjadi satu jumlah tetap yang dibayarkan per semester dan dihitung berdasarkan kemampuan ekonomi orang tua atau wali mahasiswa.
Sistem pembayaran ini dirancang untuk menghilangkan kekhawatiran mahasiswa terhadap berbagai tagihan yang mungkin muncul selama semester berlangsung. Titik berat dari sistem UKT adalah prinsip subsidi silang. Artinya, mahasiswa dengan kemampuan finansial yang lebih baik akan membayar lebih, begitu pun sebaliknya.
Sebagai informasi, besaran UKT ditentukan melalui verifikasi data ekonomi orang tua atau wali, seperti penghasilan, jumlah tanggungan keluarga, dan kepemilikan aset. Dengan demikian, UKT tidak hanya menyederhanakan proses pembayaran tetapi juga berperan aktif dalam meringankan beban finansial bagi mahasiswa yang membutuhkan.
UKT Kedokteran di UNSRI
Universitas Sriwijaya, salah satu perguruan tinggi negeri di Sumatera Selatan (Sumsel), menawarkan program pendidikan dokter dengan biaya Uang Kuliah Tunggal (UKT) yang cukup relatif tinggi. Tingginya biaya UKT ini menjadi salah satu penyebab dan hambatan bagi banyak calon mahasiswa yang berminat untuk menjadi dokter. Sehingga porsi yang ada hanya dinikmati oleh para orangtua mahasiswa yang beerkemampuan secara ekonomi. Namun bagi yang berkemampuam secara akademik namun tidak ditunjang kemampuan ekonomi karena tingginya UKT sehingga lebih memilih jurusan lain.
Berdasarkan data dari laman resmi UNSRI, biaya UKT untuk Fakultas Kedokteran dapat mencapai puluhan juta rupiah per semester. Umumnya UKT ditetapkan pada golongan 7 dan 8. Antara Rp.15.995.000 sd Rp.20.000.000/ Semester.
Sebagai perbandingan untuk sesama perguruan tinggi yang ada di Pulau Sumatera, angka yang dipatok Unsri sangat jauh berbeda dengan UKT Pendidikan Dokter di Universitas Andalas (UNAND) yang menetapkan UKT tertinggi adalah golongan 7 hanya sebesar Rp.12.000.000/ semester.
Tingginya biaya UKT ini tidak hanya membebani calon mahasiswa, tetapi juga berdampak pada rendahnya jumlah lulusan dokter yang siap mengabdi di masyarakat.
Bagi banyak keluarga dengan ekonomi menengah ke bawah, biaya tersebut menjadi penghalang utama untuk mengakses pendidikan kedokteran. Akibatnya, potensi-potensi unggul dari berbagai daerah yang bisa menjadi dokter terhambat oleh kendala finansial.
Dampak Rendahnya Jumlah Dokter di Indonesia
Rendahnya jumlah dokter di Indonesia memiliki konsekuensi serius terhadap sistem kesehatan nasional. Dengan rasio dokter yang rendah, pelayanan kesehatan menjadi tidak merata, terutama di daerah-daerah terpencil. Banyak penduduk yang harus melakukan perjalanan jauh untuk mendapatkan layanan kesehatan dasar.
Selain itu, rendahnya jumlah dokter ada juga menyebabkan beban kerja yang berlebihan pada dokter yang ada di masing-masing pusat layanan kesehatan, yang pada akhirnya bisa menurunkan kualitas pelayanan kesehatan secara keseluruhannya.
Menurut Video narasi youtube/@bmediabybossmanmardigu, 28 Juni 2024 dengan tema TAK HANYA DATA, ALIRAN DANA KESEHATAN PUN BOCOR KE ASING. Lebih dari 1 juta penduduk Indonesia lebih cenderung berobat ke luar negeri setiap tahunnya disebabkan layanan kesehatan yang dipadang cukup memuaskan sehingga potensi untuk pulih dari penyakit lebih besar potensinya. Hal ini mengakibatkan kehilangan devisa negara sebesar 180 triliun rupiah per tahun.
Fenomena ini menunjukkan kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dalam negeri, yang sebagian besar disebabkan oleh kurangnya tenaga medis yang kompeten dan fasilitas yang memadai.
Perbandingan dengan Negara-Negara ASEAN
Ketertinggalan Indonesia dalam rasio dokter dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya sangat mencolok. Misalnya, Singapura memiliki rasio 2,4 dokter per 1.000 penduduk, sementara Malaysia memiliki 1,5 dokter per 1.000 penduduk.
Kedua negara ini telah berhasil membangun sistem pendidikan kedokteran yang lebih terjangkau dan inklusif, serta menyediakan insentif bagi calon dokter untuk mengabdi di daerah-daerah terpencil.
Solusi dan Rekomendasi
- Subsidi Pendidikan Kedokteran. Pemerintah perlu memberikan subsidi untuk pendidikan kedokteran di perguruan tinggi negeri, termasuk UNSRI, untuk menurunkan biaya UKT dan membuat pendidikan kedokteran lebih terjangkau bagi semua kalangan.
- Beasiswa dan Insentif. Program beasiswa khusus untuk mahasiswa kedokteran dari keluarga kurang mampu harus diperluas. Selain itu, insentif bagi dokter yang bersedia mengabdi di daerah-daerah terpencil perlu ditingkatkan.
- Investasi Infrastruktur Kesehatan.Pemerintah dan sektor swasta harus bekerja sama untuk meningkatkan infrastruktur kesehatan di seluruh negeri, sehingga lulusan dokter tidak hanya tertarik untuk bekerja di kota besar tetapi juga di daerah terpencil.
- Kampanye Kesadaran. Kampanye nasional untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya pendidikan kedokteran dan peran dokter dalam masyarakat perlu digalakkan. Hal ini bisa mencakup penyuluhan di sekolah-sekolah dan komunitas.
Kesimpulan
Tingginya biaya UKT pendidikan dokter di UNSRI adalah salah satu faktor yang berkontribusi besar pada rendahnya jumlah dokter di Indonesia sekaligus sedikitnya potensi sumber daya manusia (SDM) yang berminat ikut menimakti program, pendidikan dokter karena keterbatasan ekonomi para orangtu. Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan langkah-langkah konkret dari pemerintah dan semua pihak terkait untuk membuat pendidikan kedokteran lebih terjangkau dan meningkatkan jumlah dokter di Indonesia.
Bagi pemerintah daerah naik provinsi, kabupaten dan kota –khususnya di Sumsel, memperbanyak peluang untuk bisa menikmati pendidikan kedokteran dengan jalur beasiswa yang seleksi yang transparan dan professional.
Maksudnya, justru peluang beasiswa justru banyak dinikmati oleh kalangan anak pejabat dan kelompok yang secara eknomi berkemampuan.
Dengan demikian, pelayanan kesehatan di Indonesia bisa menjadi lebih baik dan berkualitas, merata, dan mampu mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap layanan kesehatan di luar negeri.*