Menanti hasil “Perjudian” PSSI

Oleh : Drs H Iklim Cahya, MM
PATRICK Kluivert (PK) sudah resmi diperkenalkan PSSI kepada publik sebagai pelatih Timnas Indonesia menggantikan Shin Tae Young (STY). Kita semua tahu penggantian di tengah harapan membuncah penggemar sepakbola Indonesia, supaya Timnas lolos ke Piala Dunia (PD) 2026 ini, ditanggapi ekstra pro dan kontra.
Ada yang menilai penggantian tersebut timingnya kurang tepat, mengingat ditangan STY harapan Timnas lolos ke PD, masih terbuka. Karena saat ini posisi Timnas di grup C berada di urutan ketiga dari 6 peserta, dan masih ada harapan bertengger di posisi kedua. Timnas masih memiliki 4 pertandingan lagi yakni melawan Australia dan Jepang (away) serta menjamu Bahrain dan RRC (home). Bila Timnas mampu mengalahkan Australia, Bahrain, dan RRC, maka Indonesia akan lolos langsung ke PD 2026 di USA-Canada-Mexico, sebagai runner up grup di bawah tim kuat Jepang. Sementara kalau hanya menang dua kali, juga masih ada harapan untuk bersaing pada babak play-off.
Sebagian penggemar sepakbola, masih yakin dengan performa Timnas dibawah asuhan STY, setelah Timnas mampu mengalahkan tim Arab Saudi, yang selalu lolos ke PD sebelumya. Bahkan pada PD 2022 di Qatar, Arab Saudi mengalahkan tim juara Argentina saat babak penyisihan.
Tapi PSSI dibawah Erick Tohir berpandangan berbeda. PSSI sudah melakukan evaluasi menyeluruh terhadap kinerja Timnas selama dilatih STY. Dan PSSI menemukan beberapa kelemahan, diantaranya terkait komunikasi dan beda pandangan antara STY dengan sejumlah pemain naturalisasi. Dikhawatirkan bila tidak diselesaikan akan merugikan Timnas. PSSI akhirnya mengambil keputusan dengan mengakhiri kontrak dengan STY. Keputusan PSSI ini mendapatkan reaksi beragam, antara yang pro dan kontra.
Bagi yang pro STY, menilai PSSI terlalu gegabah, mengingat STY telah berhasil mengangkat pamor sepakbola Indonesia di kancah internasional, khususnya di tingkat Asia. Selain menggerek rangking FIFA, STY dinilai sukses mengantarkan Timnas ke putaran final Piala Asia 2023 bahkan masuk 4 besar (semifinal), dan hampir mampu membawa Timnas ke ajang Olimpiade, kalau memenangkan babak play-off versus Guenia. Dan hal aktual saat ini, STY mampu mengantarkan Timnas ke putaran tiga pra Piala Dunia yang saat ini sedang berlangsung. Prestasi ini sekaligus juga sebagai tiket Timnas masuk ke putaran final Piala Asia 2025.
Prestasi ini otomatis dinilai sebagai bukti kinerja baik dari STY sebagai pelatih. Karena sebelum STY tiba tahun 2020, Timnas belum ada apa-apanya.
Tetapi kalau mau jujur, kinerja STY ini juga karena ditopang PSSI. Ketua Umum PSSI, Erick Tohir yang pernah terlibat dalam klub besar Eropa, melihat kalau hanya mengandalkan stock pemain lokal yang ada saat ini, Timnas masih sulit berbicara di kancah internasional. Karena itu PSSI di bawah kepemimpinannya, mengambil langkah me-naturalisasi sejumlah pemain Belanda yang ada darah Indonesianya. Langkah Erick Tohir ternyata tepat, karena pemain naturalisasi inilah yang menjadi penopang utama Timnas.
Kehadiran pemain-pemain naturalisasi yang sudah terbiasa dengan “sepakbola gaya Eropa”, wajar kalau ada perbedaan persepsi dan keinginan dengan STY yang kental dengan ” Sepakbola gaya Asia”, khususnya Korsel.
Kondisi dan fakta inilah yang diperkirakan PSSI akhirnya menggunakan jasa Patrick Kluivert dkk, karena sudah terbiasa dengan gaya Eropa khususnya Belanda, yang memang negeri asal pemain naturalisasi. Hanya saja kendati sukses sebagai pemain, Kluivert belum terbukti berhasil sebagai pelatih. Namun siapa tahu hoki Kluivert memang di Indonesia. Berhasil mengantarkan Timnas Indonesia pertama kali berlaga di Piala Dunia.
Keputusan PSSI mengganti STY dengan Kluivert ini bisa diibaratkan sebagai bentuk “perjudian.” Karena belum bisa diprediksi bahwa Kluivert akan berhasil. Tapi ada baiknya kita berdoa, semoga “perjudian” PSSI ini membuahkan hasil sesuai harapan penggemar sepakbola Indonesia. Yakni Timnas lolos ke Piala Dunia 2026. Aamiin
Karena kalau tidak, Erick Tohir dan “pasukannya” akan dihujat atas kebijakannya karena mengganti STY di tengah jalan. (*)
*Penulis adalah wartawan, Pemerhati Politik dan Sosial, serta pernah menjadi Ketua KONI Ogan Ilir periode 2014 – 2019, juga pernah sebagai Wakil Ketua Pengcab PSSI OKI.