21 September 2024

Penyuluh Literasi Digital Sudah Diperlukan

PERKEMBANGAN teknologi digital diyakini akan semakin cepat ke depan ini. Selain memberi dampak positif, juga akan ada efek negatif yang bisa merugikan individu dan publik. Karena itu sudah saatnya pemerintah menyiapkan langkah antisipasi yang lebih nyata, yakni dengan menyiapkan para penyuluh bidang literasi digital.

Sebagai contoh saat ini sudah sering terdengar adanya penipuan lewat dunia maya atau media sosial. Apalagi kalau teknologi AI (Artificial Inteligensi) atau kecerdasan buatan sudah marak dipakai, maka bisa saja terjadi penyalagunaan oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab. Karena itu saatnya upaya penyuluhan literisasi digital ini diprogramkan. Seperti halnya upaya penyuluhan hukum, penyuluhan pertanian dan penyuluhan kesehatan.

Pemikiran tersebut terungkap saat Acara Bincang Buku Karya Agus Sudibyo ; “Bernalar Sebelum Klik. Panduan Literasi Digital”, Sabtu 27 Januari 2024 di Hotel Swarna Dwipa Palembang.

Bincang buku tersebut menampilkan langsung sang penulis Agus Sudibyo, yang juga Dewan Pengawas LPP-TVRI, serta Dewan Pakar PWI Pusat. Kemudian Nezar Patria, Wakil Menteri Kominfo RI, yang memberi kata pengantar pada buku Bernalar Sebelum Klik. Juga ada Rika Effianti, Kadin Kominfo Sumsel yang mewakili Pj Gubernur Sumsel, lalu dua wartawan senior Sumsel, Maspriel Aries dan Hadi Prayogo.

Bincang buku ini diselenggarakan TVRI Sumsel, dalam rangka 50 Tahun Emas TVRI Sumatera Selatan. Hadir sebagai audiens/peserta diskusi adalah para mahasiswa Ilmu Komunikasi dan Ilmu Komputer dari beberapa perguruan tinggi di Palembang seperti Unsri, UBD dan Stisipol Candradimuka.

Juga terlihat wartawan senior, antara lain Aina Rumiyati Azis, Iklim Cahya, dan Suharto.

Menurut Agus Sudibyo yang pernah menjadi anggota Dewan Pers, buku tersebut ditulisnya setelah melihat fakta, mulai dari keluarganya sendiri yang kecanduan gadget, masyarakat lingkungannya, hingga publik. Banyak sekali orang yang dalam memposting atau meng-share informasi ke media sosial, tidak lagi mikir. Tidak mempertimbangkan apakah informasi tersebut layak dipublish atau tidak. Akibatnya banyak bersilewaran informasi tidak akurat, bahkan hoax dan membahayakan kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Karena itu Agus Sudibyo memandang penting sikap bernalar sebelum klk tersebut. Dan kendati buku tersebut bukan yang pertama, tapi Agus Sudibyo merasa perlu mempersembahkan buku tersebut, untuk menjadi panduan dalam melakukan literasi digital.

Sementara Wamen Kominfo, Nezar Patria yang juga berlatar belakang Jurnalis, memandang buku Bernalar Sebelum Klik tersebut, adalah sebuah upaya untuk membekali masyarakat dengan prinsif-prinsif literasi digital yang bersifat praktis dan terapan. Bagaimana semestinya menjalankan langkah-langkah internet safety, mengenali dan menghindari penipuan online, menggunakan media sosial secara arif dan bertanggungjawab, serta melindungi kerahasiaan data pribadi, ujar Nezar.

Ditambahkan Nezar Patria, Indonesia masih memiliki beberapa kekurangan dalam gerakan literasi digital. ” Kita harus segera beranjak mengatasi kekurangan tersebut, dan semua pihak baik individual maupun lembaga, mestinya ikut berkontribusi. Buku Bernalar sebelum Klik merupakan contoh yang baik dalam berkontribusi terhadap literasi digital,” tukas Nezar.

Sementara Kadin Kominfo Sumsel, Rika Effianti sangat berterimakasih atas semua informasi dan masukan yang disampaikan. Hal ini akan menjadi bahan dalam rangka sosialisasi ke lembaga-lembaga dan publik di Sumsel, tuturnya.

Sedangkan Wartawan Senior, Maspriel Aries memandang tepat kehadiran buku yang ditulis oleh Agus Sudibyo tersebut. Tepat baik dilihat dari segi timing waktu, maupun cara penyajian yang ringan sehingga mudah dipahami, ujar Maspriel.

Begitu juga yang diungkapkan oleh Dr Hadi Prayogo, pimpinan Sripo- Tribun Sumsel. Menurut Hadi Prayogo, sebagai pimpinan media pihaknya juga memanfaatkan kemajuan di bidang digital tersebut. Caranya tidak hanya bertumpu pada media cetak semata, tetapi juga memanfaatkan teknologi digital. Namun penyajiannya tidak seperti medsos perorangan yang umumnya info yang disajikan dangkal dan sepotong-sepotong, melainkan penyajiannya secara lengkap seperti di media cetak, ujar Hadi Prayogo, yang saat ini salah satu kandidat kuat Ketua PWI Sumsel periode 2024 – 2029. (ica)