Dianggap Merugikan dan Berdampak Kerusakan Lingkungan, Masyarakat Minta Tambang Pasir Slika di Natuna di Tutup
Gambar Bekas Pengerukan Pasir Slika di Natuna Yang Berdampak Pada Lingkungan Hidup
KEPRl l Koranrakyat.co.id – Masyarakat di sejumlah daerah kawasan Tambang Pasir Slika di Kabupaten Natuna mulai khawatir, mereka merasa terancam atas dampak kerusakan lingkungan yang disebabkan dari pngerukan pasir yang dilihat sudah tidak sesuai dengan aturan.
“Inti nye kite minta semue elemen ikut mengawasi yang terjadi dilapangan karena kami menduge kerja mereka sudah tak sesuai aturan misalnye amdal nye cume 2 (dua) meter tapi kalo di liat mereka mengeruk lebih dari pade itu, reklamasi nye juge kite pertanyakan jangan nanti ujung-ujung nye tidak dilaksanekan oleh PT, aleh-aleh akhirnye mengunakan dana APBD pulak,” Ujar Man Klarek (nama samaran) kepada awak media ini.
“Pembersihan pasir yang menggunakan arsenik serta efek jangka panjang untuk masyarakat yang berdampak langsung di lokasi harus selalu di perhatikan, Untuk Pemda dan pihak terkait jangan fokus pade PAD aje tapi harus juge mengawasi berape banyak jumlah volume pasir yang di keluarkan dan dimuat setiap trip nye ke Tonkang atau Kapal. Bise aje 1000 ton pasir yang dikeluarkan tapi mereka bilang 200 ton,” tambahnya.
Gambar lokasi Pengerukan Pasir Slika di Natuna
Lain pula halnya dengan Johan (seorang nelayan warga tempatan), selain merasa cemas dengan banyaknya lubang-lubang bekas pengerukan pasir yang berbentuk kawah dan belum direklamasi, dia juga sangat takut dan khawatir tiba-tiba akan terjadi musibah seperti Sunami di Aceh. Menurutnya Jika hal itu terjadi habislah warga disini sudah pasti pulau ini akan tenggelam apalagi disekitar kawasan pulau ini di kelilingi Laut China Selatan.
“Kami masyarakat kecil way, tak bise buat ape-ape. sudah tau tambang pasir ini membahayekan serta berdampak buruk pade kerusakan lingkungan, tetap saje Pemerintah mengeluarkan IUP ke PT tersebut, Ade ape ye? Padahal kami yang berade di daerah ini tidak lah untung dengan adenye tambang ini,” ucap Johan menuturkan kekecewaannya terhadap kebijakam Pemerintah.
“Kalau lah bise awak sebagai media tolong lah bantu suarekan permintaan kami masyarakat disini sampaikan kepade Pemerintah untuk segere menutup tambang pasir ini, kami betul-betul sangat khawatir jike terjadi sesuatu kedepannye. Teruntuk Bapak-bapak Pengusaha dan para Pejabat Pemerintah yang mengeluarkan ijin, sesungguhnye kalau hendak mencari untong besar di daerah kami sah-sah saje tapi cari lah jenis usaha yang tidak mengancam dan membayekan kehidupan kami,”tuturnya.
Gambar Talbot dan Tongkang yang Sedang Loding Menggankut Pasir Slika di Natuna
Sebelumnya kegiatan tambang pasir silika oleh PT Indoprisma Karisma Jaya (IKJ) disejumlah Kecamatan di Kabupaten Natuna sempat menimbulkan polemik di masyarakat terutama dikalangan masyarakat pemerhati lingkungan dan media sosial kontrol, Namun sudah hampir satu tahun berjalan pihak-pihak yang dulunya kontra dan pokal menyuarakan teriakan penolakan terhadap penambangan itu kini hilang tak tampak bersuara lagi?
Untuk diketahui adapun sejumlah
Kecamatan di Kabupaten Natuna yang menjadi kawasan tambang pasir slika yang dikelola oleh PT IKJ diantaranya adalah Kecamatan Bunguran Utara, Bunguran Timur, Bungutan Timur Laut, Bunguran Tengah, Bunguran Selatan, dan juga Bunguran Batobi.
Kemudian guna menindaklanjuti tanggapan masyarakat tersebut, media ini mencoba menghubungi pihak Kantor Kementerian ESDM di Tanjungpinang. Dia mengatakan terkait hal ini pihaknya akan segera menghubungi perusahan terkait untuk klarifikasi. Namun hingga berita ini dimuat konfirmasi dan klarifikasi dari perusahaan yang ditunggu media ini melalui pihak Kemen ESDM belum juga ada. (WK)