Penilaian dengan Live Score dan Babak Semi Final Saatnya Diterapkan di STQH /MTQ

Catatan : Drs H Iklim Cahya, MM (Wartawan/Kabid ITPubdok LPTQ Sumsel)
JAMBI dipercaya menjadi tuan rumah ajang dua tahunan STQH (Seleksi Tilawatil Al-Quran dan Al-Hadits) Tingkat Nasional XXVII Tahun 2023, 29 Oktober – 6 November 2023.
Setelah di launching, pelaksanaan STQH ini sempat diundur, kendati waktunya tidak jauh, semula 26 oktober, lalu 28 Oktober, dan terakhir tanggal 29 Oktober 2023.
Begitu juga acara opening ceremony ( Pembukaan) juga dijadwalkan dibuka Presiden, tapi kemudian dibuka oleh Wakil Presiden, KH Makruf Amin, Selasa malam tanggal 30 Oktober 2023. Sementara lomba-lombanya dimulai tanggal 31 Oktober – 5 November 2023. Dan closing ceremony tanggal 6 November 2023 pukul 20.00 Wib, dilakukan oleh Wamenag RI.
Agenda yang menjadi tradisi STQH/MTQ seperti malam taaruf/gala dinner oleh Gubernur, pawai taaruf, pelantikan Dewan Hakim, pawai kafilah di malam opening, pameran/bazar, seminar Al-Quran, semuanya dilaksanakan dan berjalan seperti biasa.
Begitu juga lomba-lomba yang dilaksanakan di lima venue yakni di Arena Utama H Abdurrahman Sayoeti di Taman Rimbo, Aula Dinas PUPR Provinsi Jambi, Aula Bappeda, Ruang Pola Kantor Gubernur Jambi, dan Aula Bank Mahligai Jambi, juga berjalan seperti biasa.
Hanya sebagai catatan, ruang lomba seperti di Dinas PUPR dan di Kantor Bappeda, terutama untuk ruang penontonnya terbilang sempit. Ini dikeluhkan oleh banyak penonton, yang umumnya official dan pendamping kafilah. Penonton dari masyarakat setempat baik yang dimobilisasi maupun yang datang sendiri, hanya terlihat ramai di arena utama, terutama pada malam hari, menjelang babak final.
Tapi terlepas dari kondisi itu semua, begitulah yang terjadi di banyak daerah tuan rumah STQH/MTQ, bukan hanya di Jambi. Ini seharusnya yang perlu dibenahi dengan melibatkan ormas Islam, kelompok pengajian dan pondok-pondok pesantren di wilayah lokasi acara.
Hal lain yang juga perlu dilakukan perubahan oleh LPTQ pusat/nasional, adalah sistem penilaian. Baik yang menyangkut kriteria maupun penayangan yang cepat, dan transparan. Karena STQH/MTQ ini sipatnya lomba (perlombaan) maka “kecurigaan” kafilah terhadap Dewan Hakim lebih besar, bila sistem penilaian tidak dipublish secara cepat dan transparan.
Karena itu pola yang dipakai oleh LPTQ Jawa Timur (Jatim) dan LPTQ Sumatera Selatan (Sumsel), yang menerapkan sistem penilaian secara live score, bisa dicontoh oleh LPTQ Nasional/Kemenag RI.
Dengan sistem live score, maka hanya sesaat setelah peserta tampil, nilainya sudah bisa ditayangkan di arena lomba, sehingga langsung diketahui publik.
Untuk menggunakan live score ini memang butuh ketrampilan IT, terutama dari dewan hakim, panitera, dan panitia. Tapi sebetulnya tidak begitu sulit, karena sistemnya bisa dibuat/diatur yang termudah.
Konon Kemenag RI, setelah melihat dan memperhatikan beberapa daerah yang menggunakan live score, juga tertarik untuk menggunakan teknologi ini di STQH/MTQ nasional. Tapi kabarnya pembaruan ini masih mendapat penentangan dari para dewan hakim, terutama mereka yang sudah kategori senior. Alasannya masih banyak yang gaptek alias gagap teknologi.
Tapi publik melihat, alasan gaptek ini bukan alasan yang sesungguhnya. Karena sebagian dewan hakim sebetulnya masih keenakan dengan “pola-pola lama” yang sudah merasuk ke urat nadi mereka. “Pola-pola lama” ini banyak orang yang sudah tau, tapi tidak mau bersuara saja.
Tapi apapun alasannya, sejatinya LPTQ Nasional harus berani memulai penilaian dengan sistem live score, karena IT kini memang sudah masanya.
Selain itu yang perlu diperhatikan, dengan jumlah provinsi yang makin bertambah, sekarang 38 provinsi. Maka peserta tiap cabang/golongan yang dilombakan, rata-rata 30 orang. Karena itu untuk menjaring yang terbaik, sudah saatnya juga dipertimbangkan tahapan lomba tidak langsung dari penyisihan langsung ke babak final (3 besar), melainkan ada babak semi final (8 atau 6 besar). Baru selanjutnya babak final (3 besar). Sebab kalau dari babak penyisihan (30 orang) langsung ke babak final (3 orang), ada peserta yang nilainya hanya berselisih sangat sedikit, dan harus langsung tergusur/gugur. Ini terasa kurang fair, apalagi yang namanya lomba sikap subjektif dari si penilai terkadang sulit dihindari. Karenanya akan lebih baik kalau ada babak semi final, sebelum masuk babak final.
Semoga MTQ Nasional XXX yang dijadwalkan di Kalimantan Timur Tahun 2024 nanti, sistem live score dan babak semi final ini sudah diterapkan.