Debu Batubara Dikeluhkan Warga, Yulius: Kita Tuntaskan Dalam 10 Hari Kerja
LAHAT | Koranrakyat.co.id – Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Lahat Yulius Maulana,ST dan DR H Budiarto Marsul, SE, MSi (YM-BM), berjanji jika terpilih, akan menuntaskan ‘musibah’ debu batubara yang hingga kini tak kunjung terselesaikan, hanya dalam tempo 10 hari kerja.
Pernyataan itu disampaikan Yulius Maulana, Minggu (10/11/2024) menanggapi keluhan masyarakat Merapi Timur, yang sudah lama sangat resah dengan ulah transportir (truk-truk batubara) yang melintasi jalan lintas Sumatera ruas Lahat – Muara Enim, tanpa penutup terpal yang rapat, sehingga debu batubara yang dibawa, terbang mengotori sepanjang jalan yang dilalui.
Jika hujan, debu tersebut menjadi lengket di alas kaki dan sulit dibersihkan. Sementara jika musim kering, debu tersebu mudah terbawa angin, mengotori rumah-rumah penduduk, bahkan membuat warga, terutama anak-anak sering sesak nafas dan batuk-batuk.
”Udara di lintas Sumatera antara Lahat dan Muara Enim, menurut warga, benar-benar sudah mengkhawatirkan. Debu batubara tidak hanya mencemari bahu jalan, tapi juga mecemari pekarangan dan rumah penduduk. Namun sayangnya masalah ini, tidak menjadi perhatian serius pemerintah,” ujar Yulius Maulana.
Mendengar keluhan tersebut, Yulius mengatakan jika diberi amanah untuk memipin kabupaten Lahat, maka masalah ini akan menjadi prioritas utama untuk diatasi. ”Tidak boleh dibarkan berlatur larut tanpa penyelesaian. Ini menyangkut kesehatan bahkan nyawa masyarakat,” ujarnya.
Karena itu, menurut Cabup Lahat Nomor Urut 1 ini, penyelesaian harus dilakukan seera dengan memanggil seluruh perusahaan pertambangan yang beroperasi, untuk menemukan solusi terbaik.
“Memang, masalah debu ini selalu menjadi persoalan serius bagi pemerintah, untuk itu jika kami terpilih menjadi Bupati dan Wakil Bupati Lahat periode 2025-2030, maka 10 hari pertama kerja akan kami tuntaskan masalah debu ini,” sampai Yulius yang mendapatkan nomor urut 1 ini.
Sementara itu, berdasarkan pemantauan awak media di Lahat, kondisi terparah debu batubara ini, berada dalam wilayah Kecamatan Merapi Barat dan Merapi Timur. Ruas jalan Lintas Sumatera pada ruas dua kecamatan ini, selama 24 jam terus saja dilalui truk-truk pengangkut batubara. Mirisnya, tidak ada tindakan apapun dari pihak yang berkompeten, termasuk dinas perhubungan.
Warga yang tinggal di Merapi Area, sebenarnya sudah seringkali menggelar aksi demo ke DPRD Lahat. Tapi sampai sekarang angkutan batubara yang menyebabkan demu tetap saja tak bisa diatasi.
Warga juga menilai, meyoritas perusahaan tambang yang ad adi Lahat kurang peduliterhadap warga Merapi yang terdampak dari debu batubara.
“Perusahan pertambangan seakan tidak peduli terhadap kondisi warga Merapi yang setiap hari merasakan dampak dari debu batubara yang kendaraanya lewat setiap hari di jalan daerah Merapi. Mereka tidak menjalankan prosedurnya sesuai dengan amanat undang-undang, nasib warga Merapi seakan tidak dipedulikan lagi, kami warga merapi setiap hari menghirup debu batu bara, padahal sudah jelas itu sangat berbahaya bagi kesehatan,” ujar seorang Ibu kepada media ini. (lh).