11 Desember 2024

BPG Natuna Kenalkan , Giat Maulid di Subi Warisan Budaya Tak Benda Geopark Natuna

KR Natuna- Badan Pengelola(BP) Geopark Natuna melakukan Sosialisasi Geopark Natuna kepada anggota Darma Wanita Persatuan ( DWP ) Badan Perencanaan, Penelitian dan Pengembangan Daerah ( BP3D ) Kab. Natuna di kediaman Ny. Rina Andriani Moestofa.

Kabid Pemasaran Pariwisata Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Natuna ( Kardiman ) sekaligus sebagai anggota Badan Pengelola Geopark Natuna sebagai narasumber pada kegiatan tersebut memberikan pemahaman akan pentingnya warisan geologi ( geoheritage ) dengan keragaman geologi ( geodiversity ), keragaman hayati ( biodiversity ) dan keragaman budaya ( culture diversity ).

DWP BP3D Natuna sosialisasikan Budaya Tak Benda di Kecamatan Subi

Bebatuan yang ada di geosite merupakan Kerak Benua, yaitu Pulau Senua sedangkan Kerak Samudra adalah Pulau akar yang merupakan batu tertua di Kab. Natuna berdasarkan penelitian dari Pusat Survey Geologi,

” Badan Geoogi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Lebih lanjut kardiman menyampaikan bahwa tujuan geopark adalah untuk melawan kerusakan alam, transformasi ekstraktif ke konservatif, melakuan revolusi mental serta melestarikan warisan budaya tak benda ( intangible heritage ). : jelas Kardirman, jumat (18/10)

leih jauh Kadirman menjelaskan Geopark berfungsi untuk edukasi, konservasi dan ekonomi berkelanjutan. Untuk membangun jejaring yang kuat dalam memberikan edukasi, konservasi dan pengembangan ekonomi berkelanjutan kepada masyarakat sekitar, sosialisasi ini akan ditindaklanjuti dengan Perjanjian Kerja Sama ( PKS ) antara Badan Pengelola Geopark Natuna dengan Ketua DWP BP3D Kab. Natuna. Semoga langkah ini merupakan awal kebangkitan salah satu organisasi wanita di Natuna ini untuk turut serta mengembangkan Geopark Natuna dan peduli dengan lingkungan sekitar ( KD ).

Selain 9 Geosite dalam Geopark Natuna, ada juga warisan buday tak enda yang menjadi bagian dari kekayaan Geoprak Natuna, budya tak benda ini adalah kegiatan masyarat ynag dilauka turun temurun menjadi kegiatan rutin tahunan.

Kegiatan Budaya di natuan ada banyak seliaan tari Ayam Sudu dan Mendu ada juga kegiatan di kecamatan Subi yang bisa dimasukkandalam kalender wisata bagian dari pengembangan Geopark Natuna. kegiatan ini adalah peringatan Maulid Nabi.

 

Wisata Religi Maulid Nabi Muhammad SAW di Kecamatan Subi

Setiap tanggal 12 Rabiul Awal, diperingati dengan kelahiran Nabi Muhammad SAW. Sebagian besar umat Islam di seluruh Indonesia memperingatinya dengan berbagai kegiatan keagamaan. Bagitu juga dengan Kecamatan Pulau Subi, Kabupaten Natuna  yang berada di ujung Indonesia paling utara. Mayoritas penduduk Subi adalah suku Melayu dan bergama Islam.

Warga Kecamatan Subi memperingati Maulid Nabi dengan begitu sakral dan kompak. Dilaksanakan selama 3 hari berturut-turut di Masjid yang berbeda. Peringatan ini dimulai tepat pada tanggal 12 Rabiul Awal, dimulai dengan dzikir Maulid dari jam 08.00 sampang masuk waktu Dzuhur. Didalam dzikir ini terdapat makna khusus dalam pelaksanaannya.

 Dimulai dari dzikir pada saat duduk kemudian dilanjutkan dengan dzikir berdiri. Dzikir berdiri mengandung makna memberi penghormatan atau adab yang baik ketika Nabi Muhammad SAW lahir. Kemudian terdapat juga ritual penyemprotan minyak wangi kepada seluruh umat islam yang sedang berdzikir, ini juga mengandung makna setiap bayi yang baru lahir diberi wewangian.

 

Setelah dzikir dilaksanakan terdapat tradisi khas dan unik yang hanya dilakukan oleh warga Kecamatan Subi. Masyarakat dengan kompaknya membawa sedekah makanan yang disajikan dalam sebuah wadah yang disebut dengan Dulang. Dulang ini dibawa dengan cara ditandu dan diringi sholawat Nabi hingga sampai di Masjid.

Didalam dulang terdapat 17 sampai 20 menu makanan yang disedekahkan. Prioritas utama dari sedekah ini adalah tamu dari luar yang ikut serta dalam memperingati Maulid Nabi di Subi. Setelah makanan tamu tercukupi, selanjutnya makanan juga dinikmati oleh warga setempat.

Peringantan Maulid Nabi di Subi diakhiri dengan membaca do’a dan makan bersama didalam Masjid. Tradisi ini terus dijaga dan semoga menjadi daya tarik wisatawan terutama suku Melayu dan umat Islam diseluruh dunia.*  (red)