Stabilitas Keamanan Kawasan ASEAN Terancam, AS dan Rusia Keluar dari Perjanjian Perlucutan Nuklir
Jakarta,KoranRakyat.co.id — Stabilitas Keamanan di kawasan Asia Tenggara terancam, AS dan Rusia keluar dari perjanjian perlucutan senjata nuklir.
Kerena itu sebagaimana dilansir Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi mengajak negara-negara ASEAN untuk meningkatkan upaya perlucutan senjata, khususnya senjata nuklir.
Saat berbicara dalam forum Southeast Asia Nuclear Weapon-Free Zone Commission (SEANWFZ Commission) di Vientiane, Laos, Retno mengatakan keluarnya banyak negara dari perjanjian internasional tentang pereduksian persenjataan dan ancaman nuklir makin membuat jauh cita-cita dunia bebas senjata nuklir.
“Ancaman senjata nuklir semakin meningkat dan nyata. Keluarnya beberapa negara kunci pemilik senjata nuklir dari perjanjian penting internasional seperti Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA), Comprehensive Nuclear-Test-Ban Treaty, Anti-Ballistic Missile Treat, dan Strategic Arms Race Reduction Treaty, semakin menjauhkan kita dari cita-cita untuk miliki dunia yang bebas dari senjata nuklir,” kata Retno di Laos, Rabu (24/7/2024).
Negara-negara itu, sebut saja Amerika Serikat dan Rusia, sama-sama keluar dari Perjanjian Larangan Uji Coba Nuklir Komprehensif (CTBT), Perjanjian Anti Rudal Balistik (ABM), dan Perjanjian Pengurangan Senjata Strategis (START).
Ia menjelaskan turunnya komitmen kedua negara dalam perlucutan persenjataan nuklir kian nyata memberikan dampak negatif bagi stabilitas di kawasan Asia Tenggara.
Oleh karena itu, ia berharap negara-negara ASEAN dapat tetap berpegang pada pendiriannya untuk menjadikan kawasan Asia Tenggara sebagai kawasan bebas senjata nuklir.
“ASEAN perlu menjalin kerja sama dengan kawasan bebas senjata nuklir lainnya,” katanya.
Indonesia, lanjutnya, menyambut baik digelarnya pelatihan antara ASEAN dengan organisasi internasional untuk perlucutan senjata nuklir di Amerika Latin dan Karibia, Opanal, pada Mei 2024 lalu. (*/Sar)