21 September 2024

Tatkala Sinar Listrik PLN Terangi Kantong Pengrajin Purun

OLEH : Iklim Cahya ( Wartawan Koran Rakyat co.id)

SENYUM sumringah terpancar dari para wanita pengrajin Purun di Desa Pedamaran IV Kecamatan Pedamaran Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel). Apa yang membuat wajah mereka berseri-seri?

Ternyata hari itu di tahun 2021 lalu, berita gembira sampai ke telinga mereka. Yakni kabar tentang mereka akan mendapat bantuan dana dan pendampingan dari Perusahaan Listrik Negara PT PLN (Persero), melalui Program PLN Peduli.

Rasa senang yang terpancar dari 20 orang pengrajin purun yang terdiri anak muda hingga ibu-ibu yang tergabung dalam Kelompok RUDE GEBOL DJUAI sangatlah wajar. Betapa tidak, karena sudah puluhan tahun daerah ini dikenal sebagai sentra purun dengan produk tikar, tapi tetap tak ada kemajuan berarti, baik secara kuantitas dan kualitas produk, maupun dalam peningkatan penghasilan mereka.

Nama “Rude Gebol Djuai” bermaknah RUDE adalah singkatan dari Rumah Gede, lalu GEBOL adalah sapaan khas orang Pedamaran untuk anak perempuan, sedangkan DJUAI adalah nama leluhur asli orang Pedamaran yang turut mendukung pengembangan kerajinan purun.

Pedamaran yang berjarak sekitar 20 Km dari Kota Kayuagung, ibu kota Kabupaten OKI, atau sekitar 85 Km dari Kota Palembang, memang dikenal sebagai daerah penghasil tikar purun. Karena itu ketika masuk ke Pedamaran, terpampang papan nama yang berbunyi ; “Selamat Datang di Pedamaran Kota Tikar.”

Memang diantara penduduk Pedamaran dikenal sebagai pengrajin purun. Kerajinan ini ditekuni oleh kaum wanita baik ibu-ibu maupun wanita yang masih relatif muda.

Namun sayang pengelolaannya masih secara tradisional, begitu juga kualitas produknya masih sederhana dan tidak variatif. Masalah utamanya bersifat klasik, yakni kendala permodalan dan juga ketrampilan pengrajin masih belum mumpuni.

Pedamaran dianugerahi sebuah kawasan rawa lebak, dengan luas sekitar 25 Hektare, yang ditumbuhi tanaman purun. Lokasinya harus ditempuh dengan perahu atau perahu motor ke arah Sepucuk, di timur Pedamaran.

Oleh masyarakat Pedamaran kawasan habitat purun ini dijaga betul. Mereka tidak membolehkan pihak investor mengeksploitasi kawasan yang menjadi tempat tumbuhnya tanaman purun tersebut. Habitat tanaman purun ini sejak dulu ada, entah siapa yang dulu menanamnya.

Kendati demikian secara kuantitas tanaman purun tersebut tetap terus berkurang. Selain karena terus diambil, juga kawasan ini saat musim kemarau sering pula terbakar. Namun, menurut Edison Aslan, salah seorang tokoh masyarakat Pedamaran, saat ini tanaman purun di kawasan ini masih cukup untuk menunjang kebutuhan pengrajin. Dan bila tidak mencukupi, masih ada juga purun yang dijual oleh pedagang dari Kecamatan Pampangan dan Pangkalan Lampam, yang juga masih masuk wilayah Kabupaten OKI.

Menurut Edison Aslan yang pernah duduk di DPRD OKI, usaha kerajinan purun bagi warga Pedamaran sifatnya sebagai usaha sampingan. Dulu banyak kaum laki-laki Pedamaran yang bekerja sebagai buruh tebang kayu di daerah Kecamatan Tulung Selapan dan Air Sugihan. Nah sementara menunggu suami pulang, kaum ibu nyambi menganyam tikar yang bahan bakunya dari purun. Hasil penjualan tikar ini digunakan untuk membeli bahan dapur dan lauk pauk sehari-hari, ujar Edison Aslan.

Apa yang dikatakan Edison Aslan ini, senada dengan fakta yang ditemui oleh Tim PLN Peduli. Menurut Manager PT PLN (Persero) Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan (UP3) Ogan Ilir, Achmad Ariansyah melalui Arina Novianti, SE Ak, Asisten Manager Keuangan dan Umum selaku Pengelola Kegiatan TJSL (Tanggung Jawab Sosial Lingkungan) PLN UP3 Ogan Ilir, sebelum menerima bantuan dan pendampingan, para pengrajin purun ini kondisinya serba terbatas dan masih tradisional.

Menurut Arina Novianti, para pengrajin umumnya memiliki skill menganyam masih terbatas. Mereka mayoritas hanya mampu menganyam tikar purun sebagai produk tunggal. Pengrajin juga bekerja dan berjualan secara sendiri-sendiri, serta belum ada merk dagang yang menjadi ciri khas. Produk yang mereka hasilkan masih sangat sederhana (belum modern), karena belum mengenal teknologi dan sosial media digital.

Ironisnya lagi, ujar Arina Novianti yang bertindak sebagai Penanggung-jawab program TJSL, para pengrajin umumnya belum mengenal pasar produk purun, artinya belum mengenal siapa yang menjadi target pasar hasil produk kerajinan purun tersebut. Begitu pula kualitas dan kapasitas produksi masih rendah. Hal tersebut dikarenakan mindset pengrajin yang masih sekedar membuat anyaman untuk mengisi waktu luang serta keterbatasan sumber daya produksi.

Menurut Arina, TJSL dilaksanakan sesuai dengan 4 pilar utama dari PT PLN (Persero), yang selaras untuk pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) yang seimbang dan berkesinambungan. Empat pilar tersebut yakni ekonomi, lingkungan sosial, hukum dan tata kelola. Dan pilar ekonomi yakni untuk mendukung peningkatan
kapasitas UMKM ( Usaha Mikro, Kecil, Menengah), seperti yang dilakukan terhadap Kelompok Kerajinan Purun Rude Gebol Djuai Pedamaran ini, ujarnya.

BERUBAH
Kondisi pengrajin purun di Pedamaran ini, mulai berubah setelah program PLN Peduli menyapa mereka. Bak dipancari sinar listrik, masa depan usaha mereka menjadi cerah.

Tahun 2021, para pengrajin menerima bantuan dana sebesar Rp 145 Juta. Dana tersebut untuk pembelian bahan baku, peralatan produksi dan kebutuhan galeri. Kemudian untuk biaya pelatihan menganyam dan jasa pendamping, serta untuk biaya kegiatan pameran dalam kota dan luar kota.

Supaya lebih focus dalam membina kelompok pengrajin purun tersebut, pihak PT PLN (Persero) UP3 Ogan Ilir menunjuk Zuardiansyah Adi Purnama, SE Ak yang akrab disapa Kak Adin sebagai pendamping dalam program TJSL bantuan UMKM Kerajinan Purun Rude Gebol Djuai.

Menurut Kak Adin, tahun pertama setelah menerima bantuan dan pendampingan, kepada kelompok diberikan pelatihan menganyam. Yakni pengrajin dilatih kemampuannya untuk membuat produk kerajinan lain selain tikar purun, seperti tas original, peci original, sajadah original dan jenis produk lainnya.

Kemudian dilakukan kerjasama kelompok, tidak lagi bersifat individual. Para pengrajin memproduksi kerajinan purun secara bersama-sama di rumah produksi dan produknya langsung dijual di galeri. Galeri sekaligus rumah produksi kerajinan tersebut terletak di Dusun II Desa Pedamaran IV.

Usaha ini juga dibikinkan brand sebagai identitas, yakni mulai menggunakan merk “Rude Gebol Djuai”. Ada sosial media Instagram (IG) dan ada katalog digital. Selanjutnya menjalin kerjasama dengan pemerintah desa dan pemerintah kecamatan.

Dampak dari bantuan dan pendampingan tersebut, lanjut Kak Adin, kualitas dan kapasitas produksi mulai meningkat. “Dengan adanya bantuan peralatan yang memadai, pengrajin bisa memproduksi aneka macam kerajinan dan dengan jumlah yang lebih banyak,” ujarnya.

Ditambahkan Kak Adin, bantuan PLN Peduli tahap pertama tahun 2021, selain melakukan berbagai upaya seperti tersebut di atas, juga digunakan untuk membangun galeri serta membeli peralatan dan perlengkapan pendukung lainnya. Pusat Produksi dan Galeri Kerajinan Purun di Pedamaran ini, pada 14 Desember 2021, diresmikan Bupati OKI yang diwakili Sekretaris Daerah, H Husin, S.Pd, MM, M.Pd dan Manager PLN UP3 Ogan Ilir, Lindawati Marpaung, ST, MM.

Bantuan PLN Peduli berlanjut pada tahun 2022, yang jumlahnya lebih meningkat yakni Rp 200 juta. Bantuan tahap II ini dipergunakan untuk membeli bahan baku dan peralatan produksi untuk memperkaya produk kerajinan. Lalu juga untuk biaya pelatihan lanjutan, menganyam dan kemampuan menjahit pakai mesin, membuat pola desain pra dan pasca produksi. Kemudian untuk studi banding ke pelaku usaha sejenis, guna memberikan wawasan dan pengetahuan kepada para pengrajin purun.

Selain itu juga digunakan untuk pembelian peralatan produksi dan kebutuhan galeri Palembang. Mengingat untuk menunjang pemasaran produk, memudahkan promosi dan memperluas pasar, dipandang perlu membuka galeri di Palembang, ibu kota Provinsi Sumsel. Kemudian juga untuk kegiatan pameran dalam kabupaten dan luar kabupaten, serta untuk biaya penilaian SROI (Social Return On Investment) oleh akademisi dari Universitas Sriwijaya (Unsri).

Selain itu seiring dengan kualitas dan kapasitas produksi makin meningkat, dimana pengrajin sudah bisa memproduksi aneka produk dengan bahan kombinasi seperti kain jumputan, mika plastik, batik dan lain-lain. Maka kerjasama dengan banyak pihak mulai dirintis, antara lain dengan BUMN, Pemkab OKI, perbankan dan instansi lainnya.

Rumah produksi dan galeri pengrajin purun Rude Gebol Djuai ini, saat ini sudah menjadi sarana edukasi dan tujuan wisata kerajinan. “Alhamdulillah sudah menjadi sarana informasi dan edukasi bagi berbagai pihak yang ingin tahu tentang kerajinan purun dan juga menjadi tujuan wisata kerajinan,” ujar Kak Adin.

Saat ini sejumlah pengrajin purun Pedamaran ini sudah mampu menjadi narasumber, pelatih dan penampil anyaman dalam berbagai kegiatan.
Selain itu juga dilakukan pembuatan vidio dokumenter sebagai sarana edukasi dan sosialisasi kegiatan dan membangun citra positif PT PLN (Persero) melalui PLN Peduli.

LEBIH MODERN
Berkat bantuan dan pendampingan oleh progam PLN Peduli ini, kalau sebelumnya para pengrajin purun hanya menghasilkan tikar purun sebagai produk tunggal, kini mereka sudah berhasil membuat aneka produk kombinasi yang lebih modern.

Produk-produk tersebut semuanya berbahan dasar dan utama, purun. Sebagaimana diketahui purun mentah tersebut diambil oleh pengrajin dari rawa yang letaknya tak jauh dari Pedamaran. Lalu purun tersebut dilakukan penjemuran, kemudian ditumbuk (penumbukan), berikutnya pewarnaan, dan penganyaman sesuai dengan produk yang diinginkan.

Adapun Produk-produk tersebut yakni tas original bucu 2 dan bucu 4, tas kombinasi plastik, tas tali webbing bucu 4, sajadah, sandal, wadah tisu dan dompet. Kemudian ada pula tas aneka warna, pouch, sarung bantal, topi, peci, serta tas kreasi kain jumputan dan kulit. Kain Jumputan adalah khas dan kearifan lokal Sumatera Selatan, yang cukup digemari.

Itulah produk-produk dari bahan baku purun, yang berhasil di produk pengrajin yang tergabung dalam Kelompok Kerajinan Rude Gebol Djuai.

Setelah kondisi usaha mereka jauh lebih baik, barulah para pengrajin purun tersebut, berani mengikuti pameran. Mereka pernah ikut pameran pada acara Musrenbang Kota Palembang (Maret 2022), Pameran UMKM pada acara kunjungan PIKK DIREGSUMKAL di Kantor PLN UIW S2JB (Mei 2022). Kemudian pameran pada acara Sriwijaya Bussiness Connect 2022, yang diadakan oleh HIPMI Sumsel (September 2022), serta pameran dalam rangka HUT Kabupaten Ogan Ilir tahun 2022. Selanjutnya Pameran Produk Daerah OKI di Batam Kepri dan Sumsel Trade Expo 2022, yang berkolaborasi dengan Pemerintah Kabupaten OKI. Juga pameran kerajinan purun di Kota Palembang yang juga dihadiri Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga S Uno.

Selain itu Galeri Rude Gebol Djuai sudah mendapat perhatian dan menjadi daya tarik publik untuk berkunjung. Pada September 2022 lalu, Tim Kementerian Perdagangan (Kemendag) RI datang berkunjung. Sebelumnya kunjungan juga dilakukan Kerukunan Keluarga Urang Diri (KUD) yang diketuai H Engga Dewata ( mantan Wakil Bupati OKI). Lalu ibu-ibu dari Kancil Putih Palembang juga tak mau ketinggalan untuk melihat dari dekat rumah produksi dan galeri kerajinan purun di Pedamaran ini. Kemudian ada pula kunjungan dari organisasi wanita, sejumlah instansi serta kunjungan mahasiswa Unsri dan tim akademisi Unsri untuk penilaian SROI.

Kendati sudah jauh lebih baik dan menjadi tempat orang berkunjung dan studi banding. Para pengrajin purun Rude Gebol Djuai, juga tidak berpuas diri. Mereka terus menimba ilmu diantaranya mengikuti kegiatan klinik konsultasi desain produk unggulan daerah yang diselenggarakan Kemendag RI, dan juga studi banding dan pelatihan produksi ke Galeri Wong Kito (GWK) Palembang.

Bagaimana kondisi para pengrajin purun setelah ada sentuhan dari PLN Peduli tersebut? Pribahasa usaha tidak akan menghianati hasil ternyata benar.

Saat ini para pengrajin purun di Pedamaran ini sudah memetik manfaatnya, bukan hanya tentang ilmu pengembangan produk, tetapi juga manfaat ekonomi.

Manfaat ekonomi tersebut yakni dapat menambah penghasilan para pengrajin purun, baik anggota kelompok maupun luar anggota kelompok. Kemudian juga berefek menggerakkan ekonomi masyarakat mulai dari petani purun mentah, penumbuk, hingga masyarakat yang berjualan produk makanan di kawasan Pedamaran.

Sejak produk dipasarkan setelah dibina melalui Program PLN Peduli, terhitung bulan November 2021. Galeri Kerajinan Rude Gebol Djuai rata-rata setiap bulannya mendatangkan income Rp 4 juta – Rp 5 juta. Hal ini jauh meningkat dibanding masih dikelola secara tradisional.

Bersyukur lagi selain dampak ekonomi, juga memberikan manfaat sosial. Setidaknya ada 6 manfaat sosial yang dirasakan oleh pengrajin purun maupun masyarakat setempat. Ke enam manfaat sosial tersebut yakni meningkatkan skill anggota kelompok dalam memproduksi kerajinan purun dan penggunaan mesin jahit. Memberikan kesempatan dan motivasi bagi anggota kelompok pengrajin untuk menampilkan produknya di kota lain. Menjadi sarana informasi dan edukasi tentang kerajinan purun.

Selain itu manfaat sosial lainnya, adalah keberadaan pusat produksi dan Galeri Purun Rude Gebol Djuai turut memotivasi masyarakat Pedamaran untuk terus melestarikan kerajinan purun khas Pedamaran, terutama kepada para anak mudanya. Kemudian membantu pemerintah daerah dalam melestarikan dan memperkenalkan kerajinan purun sebagai produk lokal (local genius) khas Kabupaten OKI. Yang membanggakan lagi berkat kerajinan purun ini, membuat Pedamaran menjadi tujuan wisata khususnya wisata kerajinan bagi pendatang dan para tamu yang ingin mencari cinderamata khas OKI.

Tentu yang paling gembira atas program PLN Peduli ini adalah Renohati, Ketua Kelompok Pengrajin Purun Rude Gebol Djuai.

Menurutnya, sejak ada program bantuan dan pendampingan dari PT PLN (Persero) ini, anggota kelompoknya semakin meningkat skill maupun wawasan bisnisnya.

Diceritakan Renohati, dari awal program bantuan ini, kelompoknya mendapatkan pelatihan dari ahlinya, yakni dalam hal anyaman purun dan cara menjahit purun, sehingga mampu menghasilkan aneka produk dari purun. Menurutnya hingga saat ini, anggota kelompoknya masih terus belajar guna semakin meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan.

Selain itu, pihaknya juga berharap, dengan adanya Pusat Produksi dan Galeri Purun baik di Pedamaran maupun di Palembang, dapat memberi dan menjadi semangat bagi anak-anak muda Pedamaran untuk terus melestarikan kerajinan purun, sehingga makin berkembang dari waktu ke waktu.

Renohati juga mengucapkan terimakasih kepada PT PLN (Persero), yang melalui Program PLN Peduli telah membantu Kelompok Kerajinan Purun Rude Gebol Djuai. Bantuan dan pendampingan yang telah diberikan, sangat besar manfaatnya bagi pengrajin purun, ujar Renohati.

Melihat manfaat yang begitu besar ini, tidak berlebihan kalau disebut sinar atau cahaya listrik bukan hanya menerangi perkampungan, tapi juga menerangi kantong (dompet) masyarakat khususnya para pengrajin purun Pedamaran. (iklim cahya)

 

 

Keterangan :
Tulisan ini berbentuk Feature, diikutkan pada lomba PLN Journalist Award 2023.

Foto: Dokumen Rude Gebol Djuai (sebagai pelengkap tulisan).