Akankah Dua Pasang Capres akan Terulang Lagi?
Catatan : Drs H Iklim Cahya, MM (Wartawan/Pemerhati Sosial Politik Tinggal di Indralaya)
KURANG dari sebulan menjelang pendaftaran calon presiden (Capres) dan calon wakil presiden (Cawapres) tahun 2024 – 2029, dari tiga kandidat Capres yang sering disebut-sebut—Anis Rasyid Baswedan, Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo. Baru Anis yang sudah mendeklarasikan pasangan Cawapresnya yakni Muhaimin Iskandar (Cak Imin). Oleh para pendukungnya pasangan Anis Baswedan dan Muhaimin Iskandar ini disingkat AMIN. Sementara dua kandidat lainnya Prabowo dan Ganjar hingga saat ini belum memastikan siapa pasangan masing-masing untuk posisi Cawapres mereka.
Bahkan saat ini merebak isu, justru Prabowo – Ganjar yang akan dipasangkan sebagai Capres dan Cawapres. Tapi bisa juga sebaliknya justru menjadi pasangan Ganjar – Prabowo. Tapi Betulkah? Dan mungkinkah? Dalam politik yang dikenal dinamis semua kemungkinan bisa saja terjadi.
Berpadunya atau diduetkannya Prabowo-Ganjar atau Ganjar – Prabowo, dalam rangka untuk mempercepat Pilpres cukup satu putaran saja. Hal ini akan menghemat biaya. Tapi rasanya kalau alasannya untuk effisiensi agak kurang pas, dalam arti sulit diterima oleh rasio kalau itu jadi alasan utama.
Analisanya yang lebih logis, mungkin dapat ditilik dari hasil survei. Kalau kita perhatikan hasil survei yang sering diekspose atau diberitakan, terlepas survei tersebut valid atau tidak, selalu menempatkan urutan hasilnya ; Prabowo (1), Ganjar (2), dan Anis (3). Namun tidak ada kandidat yang mencapai hasil survei lebih dari 50 persen.
Kalau hal ini benar, artinya Pemilihan Presiden/Wakil Presiden (Pilpres) bulan Februari 2024 nanti, akan berlangsung dua putaran. Tinggal siapa yang akan maju pada Pilpres putaran dua? Bisa saja Prabowo vs Ganjar, Prabowo vs Anis atau Ganjar vs Anis. Banyak yang melihat masyarakat yang memilih Prabowo dan Anis, beririsan. Artinya, pemilih seperti ini hanya berkemungkinan besar memilih Prabowo atau memilih Anis, tidak memilih Ganjar.
Dengan demikian pada Pilpres putaran kedua tersebut, kalau Ganjar lolos, maka berkemungkinan siapapun lawannya baik Prabowo ataupun Anis, Ganjar diprediksi akan kalah. Karena suara pendukung yang kalah lebih cenderung tidak lari ke Ganjar. Artinya kalau Anis kalah maka suara pemilihnya akan beralih ke Prabowo, begitu pula sebaliknya.
Melihat kemungkinan kondisi yang akan terjadi seperti ini, maka realistis kalau Ganjar dipasangkan dengan Prabowo. Tinggal siapa yang akan jadi Capres? Apakah Prabowo atau Ganjar?
Melihat hasil survei yang sering diekspose selama ini, kemudian juga faktor usia, dukungan Parpol, dan pengalaman sebagai Capres, termasuk juga membaca “arah” Presiden Jokowi, maka berkemungkinan dan kecenderungannya Prabowo Subianto sebagai Capres dan Ganjar Pranowo sebagai Cawapres. Tapi tentu kalau keduanya berhasilkan dipasangkan, tergantung pada animo dan kedewasaan dari empat tokoh ; Megawati, Joko Widodo, Prabowo Subianto, dan Ganjar Pranowo.
Selain kupasan di atas, hal lain yang mendorong diduetkannya Prabowo – Ganjar, adalah kekuatan yang sebenarnya (ril) adalah berada di poros Anis Baswedan – Muhaimin Iskandar. Karena kondisi inilah yang “memaksa” orang kuat dibelakang Prabowo dan Ganjar berpikir lebih realistis. Yakni bagaimana upaya agar bisa mengalahkan Anis -Muhaimin. Maka alternatif yang paling mungkin adalah menduetkan Prabowo – Ganjar, sehingga hanya ada dua pasangan yakni Anis-Muhaimin versus Prabowo-Ganjar.
Kalau hanya diikuti dua pasangan calon, maka dipastikan Pilpres hanya berlangsung satu putaran. Tapi apakah dengan hanya diikuti dua pasangan, suasana Pilpres akan terulang seperti dua Pilpres sebelumnya, 2014 dan 2019? Atau justru lebih panas lagi? Semuanya masih serba mungkin.
Tapi kita berharap kedewasaan kedua kubu dan para simpatisannya akan lebih baik dibanding Pilpres 2014 dan 2019, sehingga suasana Pilpres akan lebih nyaman dan mendidik.
Di luar dua faktor yang mendorong munculnya dua poros tersebut, ada juga analisa liar yang muncul. Analisa liar ini berpendapat, dua pasangan tersebut yakni Prabowo + pasangannya serta Ganjar + pasangannya. Artinya pasangan Anis – Muhaimin yang akan bubar. Tapi menurut saya kemungkinan terjadinya hal ini terjadi sangat tipis. Karena baik Partai Nasdem maupun PKB sudah mendapatkan posisi yang mereka harapkan. Begitu juga kredibilitas Surya Paloh dan Muhaimin Iskandar, mungkin bisa jadi jaminan. Sepanjang komunikasi kedua pihak berjalan baik, maka peluang mereka pecah sangat sulit.
Lalu apakah akan terjadi hanya ada dua pasang Capres pada Pilpres 2024? Beberapa hari ke depan ini sangat menarik kita ikuti dan cermati. Tapi menurut saya, akan lebih baik kalau pasangan Capres tersebut tetap minimal tiga pasang. Tidak usah dipaksakan menjadi dua pasang.**