MENJADIKAN CABANG KTIQ ANDALAN SUMSEL
Oleh : Drs H Iklim Cahya, MM dan KH Agus Jaya, Lc. M.Hum (Pengurus LPTQ Sumsel)
KAFILAH Sumatera Selatan (Sumsel) berhasil mengembalikan citra dan marwah Sumsel, pada pentas Musabaqah Tilawatil Quran Tingkat Nasional (MTQN) tahun 2022 di Kalimantan Selatan. Pada perhelatan tersebut, kafilah Sumsel mampu menempati posisi 8 Besar, sebuah prestasi yang terakhir kali dapat dicapai pada tahun 2006, 16 tahun lalu saat MTQN di Kendari Sultra.
Pada ajang MTQN tahun 2022 ini kafilah Sumatera Selatan memperoleh medali emas (juara 1) pada cabang Karya Tulis Ilmiah Al-Quran (KTIQ) putra, medali perak (juara 2) pada cabang Fahmil Quran Putra dan Hifdzil 10 Juz Putra, serta medali perunggu (juara 3) pada cabang Tilawah Remaja Putra.
Selain empat medali tersebut, kafilah Sumatera Selatan juga memperoleh empat juara harapan 1 yaitu pada cabang KTIQ Putri, Qiraat Sab’ah Murattal Dewasa Putri, Qiraat Sab’ah Murattal Dewasa Putra, serta Hifdzil Quran 30 Juz Putra.
Sebuah catatan penting yang dapat ditarik dari perolehan medali tersebut, bahwa cabang KTIQ mampu menyumbangkan dua buah prestasi. Prestasi pertama adalah medali emas untuk peserta putra atas nama Abqoriyyin Hisan dan juara harapan pertama untuk peserta putri atas nama Lia Dwi Utami. Hasil ini memberikan sinyal positif, bahwa cabang KTIQ mesti diakui sebagai cabang andalan bagi kafilah Sumatera Selatan di ajang MTQN. Karena itu sudah semestinya, Pemerintah Daerah dan Lembaga Pengembangan Tilawatil Quran (LPTQ) memberikan perhatian lebih pada upaya kaderisasi dan pembibitan peserta cabang KTIQ sehingga tradisi jawara ini dapat terus dijaga.
Prestasi juara 1 cabang KTIQ ini, merupakan sejarah yang berulang. Sebab bagi kafilah Sumsel menjuarai cabang Karya Rulis Ilmiah Al-Quran bukanlah hal baru. Dari pengamatan atas hasil MTQN empat edisi terakhir, perwakilan Sumatera Selatan selalu mampu menembus babak semifinal pada lomba cabang KTIQ ini.
Sejarah pertama kali diukir pada tahun 2016. Perhelatan MTQ Nasional tahun itu digelar di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Pada saat itu, seluruh peserta asal Sumatera Selatan tidak mampu menembus babak final kecuali pada cabang KTIQ putra (saat itu masih bernama Menulis Makalah Ilmiah Al-Quran atau MMIQ) yakni atas nama Muhammad Amin. Di babak final, Amin mampu menjadi jawara dan menjadi penyelamat marwah dan martabat Sumatera Selatan ketika itu.
Selanjutnya, pada tahun 2018 dilaksanakan Musabaqah Tilawatil Quran Nasional di Kota Medan Sumatera Utara. Amin yang tidak lagi dapat mengikuti lomba pada cabang MMIQ, mengutus muridnya untuk meneruskan tradisi jawara tersebut. Saat itu, peserta MMIQ (yang kemudian berubah nama menjadi Menulis Makalah Al-Quran/MMQ) putra asal Sumatera Selatan adalah Mudrik juga santri Pondok Pesantren Pena Kita yang diasuh oleh KH Agus Jaya (Saat ini Sekretaris LPTQ Sumsel). Ketika itu, Mudrik mampu menembus babak semifinal dan memperoleh prestasi juara harapan III. Dua tahun berikutnya, Agus Jaya dan Amin kembali berkolaborasi untuk mendidik dan mengorbitkan kader penulis asal Sumatera Selatan. Pada MTQ Nasional tahun 2020 di Padang, cabang MMQ Sumsel diwakili oleh Muhammad Hafizh. Ketika itu, Hafizh kembali mampu meniru jejak para pendahulunya, ia berhasil finish di urutan kelima atau juara harapan II, satu tingkat lebih tinggi di atas Mudrik.
Lalu pada tahun 2022 ini, Pondok Pesantren Al-Ittifaqiah di bawah asuhan K.H. Mudrik Qori (Ketua Harian LPTQ Sumsel) melakukan manuver yang luar biasa. Kiai Mudrik Qori mengutus putranya, Abqoriyyin Hisan, untuk mengasah kemampuan menulis di Pondok Pesatren Pena Kita bersama dengan santri Pena Kita yaitu Lia Dwi Utami. Keduanya kemudian berhasil meraih prestasi membanggakan dengan menggondol medali emas serta Juara Harapan I pada cabang KTIQ.
Tidak bisa dipungkiri, bahwa sejak lahirnya Pondok Pesantren Pena Kita yang berciri khas karya ilmiah, telah memberikan sumbangsih yang sangat besar untuk Sumatera Selatan, bukan saja di ajang MTQ Nasional yang diadakan dua tahun sekali, Pena Kita juga telah berhasil melahirkan juara-juara nasional pada event-event lainnya, termasuk juga MTQ Nasional mahasiswa.
Bahkan jauh sebelumnya walau bukan pada ajang MTQN, Mudir Ponpes Pena Kita, H Agus Jaya, juga pernah meraih prestasi tingkat nasional bidang karya tulis tersebut. Prestasi ini juga yang kemudian menginsiprasi Agus Jaya mendirikan Ponpes dengan nama Pena Kita.
Bahkan kini selain bidang karya tulis ilmiah, Ponpes Pena Kita juga mulai focus membina untuk cabang Fahmil Quran, Tafsir Quran dan Khotil Quran, tentu dengan berkolaborasi dengan ahlinya.
Sistem pembinaan yang berkesinambungan menjadi kunci keberhasilan melahirkan para juara. Meskipun demikian bukan berarti tidak ada kendala dalam pembinaan tersebut. Kondisi Pondok Pesantren Pena Kita yang masih memprihatinkan, kurangnya referensi dan belum lengkapnya sarana prasarana serta tidak adanya anggaran pembinaan menjadi kendala serius yang dihadapi selama ini.
Karenanya kehadiran pemerintah akan sangat berarti bagi pembinaan karya tulis ilmiah ini, untuk mengorbitkan para penulis-penulis muda dan juara-juara selanjutnya.
PELUANG DAN TANTANGAN
Berkaca dari empat pelaksanaan MTQ Nasional sebelumnya, kafilah Sumatera Selatan selalu mampu berbicara lebih pada cabang KTIQ. Maka sudah sepatutnya aspek memberikan perhatian lebih pada cabang ini.
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan sebagai upaya peningkatan:
Pertama, dengan mengadakan training camp atau pemusatan pelatihan secara intens bagi para penulis pemula di Provinsi Sumatera Selatan.
Kedua, dengan memberikan beasiswa pendidikan bagi para penulis yang telah membawa nama harum Sumatera Selatan di kancah nasional.
Ketiga, dengan menghadirkan satu perpustakaan khusus makalah ilmiah Al-Quran yang dapat dijadikan rujukan dan referensi oleh para penulis.
Jika tiga langkah di atas dapat diterapkan, maka tradisi jawara pada cabang KTIQ in syaa Allah akan dapat terus dipertahankan. Tentu effeknya marwah dan martabat Sumatera Selatan akan semakin berwibawa dan bukan mustahil akan dikenal sebagai provinsi penghasil penulis-penulis terbaik di negeri ini.(*)