12 Oktober 2024

Jebolnya Menara Gading Universitas karena Korupsi

Catatan Ilham Djamhari

-Tradisi akademik universitas sebagai lembaga yang mencetak kaum cerdik pandai nan ahli berbagai tataran ilmu pengetahuan dan bidang expert atau keahlian, hancur lebur bak Geledek petir meledak di siang bolong.

Universitas itu sejak abad pertengahan di Eropa dikategorikan sebagai lembaga “Menara Gading” yang dianggap sakral dan tempat bertanya para penguasa kerajaan, maupun para pakar, rakyat dan raja-raja terkait soal kemasyarakatan yang berkembang saat itu.

Universitas juga sekaligus sebagai pusat ilmu pengetahuan (Scincetish Centre) dengan tradisi berbagai penemuan hal-hal baru yang diciptakan para profesor yang dengan teliti melakukan penelitian ilmiah secara absurd.

Karena itu siapapun yang menjadi pimpinan tinggi suatu universitas adalah orang hebat yang sudah teruji, baik dedikasi, intelektualitas,moralitas, akhlakul kharimah, ilmuwan, cerdik pandai, mentalitas, teguh pendirian, memiliki prinsip dan berjiwa pendidik yang mumpuni.

Tradisi pendidikan Tinggi sejak jaman Plato Yunani hingga jaman madrasah Al Gazali di Bagdad sangat dijaga agar tidak dicemari sikap-sikap munafik, arogan, angkara murka, hawa napsu, ajimumpung, kemaruk, serakah dan perilaku negatif lainnya.

Karena itu kalangan akademisi, guru besar, profesor hidupnya sangat sederhana, karena jiwanya pengabdi ilmu pengetahuan dan hanya mempunyai satu visi misi ialah universitas harus berdiri tegak ditengah arus peradaban dan perubahan sosial (Social Changhing) setiap jaman dan era kemajuan teknologi.

Selain itu universitas mendidik mahasiswa dengan disiplin dalam hal proses pembelajaran dan pencarian ilmu pengetahuan.Memiliki jatidiri mahasiswa terdidik dengan idealisme bukan ambisi atau cita-cita yang menyimpang dengan gaya hidup hedonisme berlebihan misalnya menjadi koruptor hidup bermewah megah dan menjadi pemimpin lalim atau kejam dan menyimpang.

Tiba-tiba dalam tahun 2022 terjadi badai dahsyat sebuah perguruan tinggi negeri yang dibangun dengan keringat dan darah mengucur para pendiri, dosen, mahasiswa dan pegawainya runtuh seketika, akibat ulah segelintir oknum yang menyalahgunakan jabatannya untuk keuntungan pribadi dan kelompoknya.

Jabatan itu amanah dan kepercayaan negara yang diberikan para pemangku pegawainya atau PNS oleh negara agar dikelola sebaik-baiknya, jangan dibuat hancur karena napsu angkara murka, serakah, kemaruk dan ingin memperkaya diri sendiri.

Kejadian dan kasus yang menimpa Universitas Lampung (Unila) perguruan tinggi kebanggaan Ulun Lampung terkait OTT (Operasi Tangkap Tangan) KPK terhadap Rektor Unila Aom Karomani dan stafnya Wakil Rektor Heriyadi, Ketua Senat M.Basrti dan dua pegawai universitas itu berikut AD oknum swasta, merupakan pembelajaran dan pengalaman pahit yang tidak terlupakan di sebuah lembaga menara gading yang sarat bernaungnya kaum cendekia,cerdik pandai, intelektual kampus.

Cukup sekali pengalaman dan perjalanan hidup sebuah “Menara Gading” yang dibanggakan para alumninya terjadi menimpa para elite pengelola perguruan tinggi negeri tersebut.Apalagi kasusnya terkait penerimaan mahasiswa baru fakultas yang paling banyak peminatnya demi kehidupan dimasa depan mahasiswanya yaitu Fakultas Kedokteran.

Jangan sampai mahasiswanya masuk nyogok karena berduit, lulus nyogok, jadi PNS nyogok, dan tragisnya mal praktek pasiennya mati karena salah diagnosis tindakan dan salah obat karena dokternya bodong hasil didikan nyodok, nyungseplah dunia kedokteran.

Ingat pesan alm Prof.Dr.dr.Teuku Yacob Msc Rektor UGM saat mewisuda 3000an sarjananya di kampus Bulak Sumur 30 tahun lalu,” Jaga Nama Baik Almamater, Jaga nama baik tradisi keilmuan, tetap menjaga integritas negara dan masyarakat Indonesia,menjaga moralias, integritas pribadi,akhlak,mentalitas, menjadi panutan rakyat, memiliki dedikasi, insan akamdemis bertaqwa pada Tuhan Yang Maha Esa, dan manjaga marwah sarjana Indonesia yang beragam dan beragama”. (*)