Ketika BI ‘Curhat’: Tantangan Ekonomi Global Saat Ini Berat
JAKARTA | koranrakyat.co.id — Melemahnya nilai tukar rupiah serta stagnasi ekonomi global karena perang dagang dan perang mata uang merupakan tantangan utama para pengambil kebijakan. Bank Indonesia (BI) mengakui tantangan tersebut sangatlah berat.
“Memang tantangan yang kita hadapi dan seluruh negara berkembang di dunia berat. Dinamika ekonomi pasar keuangan gobal terus alami perubahan setiap hari bukan hanya Indonesia yang alami tekanan hampir semua negara berkembang alami tekanan,” ungkap Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI, Nanang Hendarsah, saat bincang dengan media di Kantor BI, Selasa (24/7/2018).
Menurut Nanang, tugas bank sentral akan terus menjaga ekonomi dalam negeri tidak terganggu. Apa yang terjadi di pasar keuangan global memang pengaruhnya cukup besar termasuk Indonesia.
Nanang mengaku, fundamental ekonomi dalam negeri masih cukup baik. Terbukti dari defisit transaksi berjalan yang terkendali di bawah 3% dan inflasi yang masih sesuai target.
“Di sisi current account (transaksi berjalan) banyak hal yang harus dilakukan bagaimana memperkuat sektor riil agar kompetitif. Agar sektor ekspor semakin berdaya saing mengimbangi kebutuhan impor yang memang diperlukan untuk kegiatan ekonomi domestik. Dan yang penting CAD (current account deficit/defisit transaksi berjalan) dibiayai capital inflow yang sustainable,” papar Nanang.
Jaga Rupiah
Bank sentral melakukan intervensi di pasar SBN dan intervensi langsung di pasar valas. Menurut Nanang, hal tersebut yang dinamakan dual intervention.
“Melalui suku bunga, BI juga baru saja menaikkan 7-Day RR. Tugas dari pelaksanaan operasi moneter untuk jaga suku bunga overnight bergerak seusai arah dan mampu menjaga likuiditas,” katanya.
“Misalnya terjadi tekanan nilai tukar yang bersumber oleh penjualan SBN, kami melakukan stabilisasi di pasar valas. Jika kontraksi rupiah masuk ke BI, tapi kita kembalikan rupiah ke market degan beli SBN jadi efeknya netral terhadap rupiah. Tapi di sisi lain stabiitas terjaga, ini yang dinamakan dual intervention,” imbuh Nanang. (cnbc.com)