PWI, Persatuan atau “Perpecahan” Wartawan Indonesia?

Oleh : Drs H Iklim Cahya, MM
(Wartawan 789, Wanhat PWI Kabupaten Ogan Ilir, Sumsel).
FAKTA saat ini ada dua kelompok besar yang mengaku Pengurus Pusat PWI. Satu dipimpin Hendry CH Bangun yang dipilih dalam Kongres Bandung tahun 2023, dan satu lagi dipimpin Zulmansyah Sekedang yang dipilih versi KLB di Jakarta tahun 2024. Masing-masing pihak mengaku pengurus PWI Pusat yang sah.
Perpecahan pengurus PWI Pusat ini bermula dari “terbongkarnya” ada uang yang masuk ke kantong beberapa pengurus teras PWI yang diketuai Hendry CH Bangun. Kondisi ini terbongkar ke luar, sehingga diketahui publik. Akibatnya ada oknum wartawan yang bukan anggota PWI ikut bersuara dan meramaikan masalah internal PWI ini.
Karena sudah diketahui publik, akhirnya Dewan Kehormatan PWI Pusat mengambil langkah-langkah. Dalam rapatnya DK PWI Pusat memberikan peringatan kepada Ketua Umum PWI, Hendry CH Bangun, dan juga memerintahkannya untuk memecat bawahannya yang terlibat “duit haram” tersebut.
Hendry yang memang wartawan senior dan kawakan, menindaklanjuti keputusan dari DK PWI tersebut. Ia mengganti oknum yang terlibat dalam kasus dana dari koperasi BUMN ini. Namun melalui rapat pleno PWI, Hendry juga mencopot sejumlah pengurus DK PWI.
Tindakan ini mendapat perlawanan dari DK PWI. DK PWI selanjutnya memberhentikan Hendry CH Bangun dari Ketua Umum PWI Pusat, setelah terlebih dahulu Pengurus PWI DKI Jakarta membekukan keanggotaan Hendry.
Namun Hendry CH Bangun tidak menyerah. Ia tetap eksis, dan terus mengkonsolidasi kepengurusan PWI di daerah-daerah. Sebagai ketua umum yang dipilih melalui Kongres, dan juga wartawan senior yang berasal dari media besar. Lalu juga pernah dua kali menjadi Sekjen PWI dan pernah menjadi anggota Dewan Pers. Hendry tetap masih banyak mendapatkan simpati dan dukungan.
Bagaimana masa depan PWI? Upaya “perdamaian” antar dua kubu pernah diupayakan oleh salah seorang Wakil Menteri. Bahkan konon sudah disepakati akan ada Kongres Luar Biasa (KLB) yang diselenggarakan bersama. Tapi faktanya hingga saat ini, di bulan Januari 2025, belum juga terlaksana. Bahkan masing-masing kubu menggelar peringatan HPN di tempat berbeda dengan waktu yang bersamaan. Kubu Hendry CH Bangun menggelar peringatan Hari Pers Nasional (HPN) di Kalimantan Selatan, sementara kubu Zulmansyah Sekedang menggelar HPN di Riau, provinsi asal Zulmansyah. Masing-masing kubu mem publish akan dihadiri Presiden Prabowo Subianto. Betulkah?
Di tengah kondisi perpecahan seperti ini, bersediakah Prabowo hadir? Mari kita lihat. Kalau Presiden RI itu hadir di salah satu lokasi HPN, itu berarti sinyal bahwa Beliau “merestui” kubu tersebut. Tapi akankah? maybe…
Saat ini masalah dana yang konon sudah dikembalikan tersebut, sudah dilaporkan ke pihak kepolisian. Apakah masalah ini akan berproses ke meja hijau? Tentu tergantung pada hasil penyelidikan pihak kepolisian. Bisa lanjut tapi bisa juga tidak? Maybe…
Sebagai wartawan yang sudah 35 tahun berkecimpung di dunia pers (walau 15 tahun non aktif, karena ada jabatan di luar pers), saya prihatin dan merasa “malu” atas kondisi PWI Pusat seperti ini.
PWI pusat sejatinya contoh bagi PWI daerah. Tapi tontonan yang dipertunjukkan sekarang ini, memalukan dan “menjijikkan”. Ternyata para wartawan di Pusat, yang katanya hebat-hebat, masih juga berjiwa kerdil. Tidak mampu menyelesaikan masalah yang sebetulnya tidaklah besar.
PWI yang merupakan organisasi wartawan yang besar sejak dulu, ternyata lemah bila menghadapi masalah internal. Padahal sebagai wartawan pasti semua jago dalam melakukan kontrol sosial.
Wahai Hendry CH Bangun, wahai Zulmansyah Sekedang, Wahai Sasongko Tedjo, wahai Ilham Bintang, wahai para wartawan senior yang lain, yang hebat-hebat. Tidak malukah Anda, di saat Anda bercokol di PWI pusat sekarang ini, justru PWI pecah. Apakah Anda mau disebut perusak PWI, organisasi yang dibangun dengan susah payah oleh para pendahulu kalian? Tentu tidak bukan.
Karena itu berpikirlah secara lebih sehat dan dewasa, kedepankan rasio dan kebijaksanaan hati. Jadilah negarawan. Carilah solusi terbaik, untuk menyelamatkan PWI, dengan tidak saling memalukan.
Salah satu solusi yang bisa ditempuh adalah seperti yang pernah terjadi di Partai Golkar. Saat terjadi dua kubu Aburizal Bakri dan Agung Laksono. Kedua tokoh ini dengan jiwa besar saling mengalah, lalu bersedia tidak lagi memimpin Partai Golkar, lalu menggelar Munas bersama, dan memilih ketua umum yang baru. Sehingga partai tetap utuh.
Hendry dan Zulmansyah adalah dua wartawan senior dengan plus minus masing-masing. Pernah bergandengan tangan saat Kongres Bandung. Pernah sama-sama dalam kepengurusan Pusat, lalu karena “ambisi” akhirnya terpecah. Sadarlah dan selamatkan PWI secara elegan. Dengan cara ini Anda akan lebih dikenang dan dihormati, dari pada Anda ngotot menjadi ketua umum, yang membuat organisasi terluka. Selamatkan organisasi PWI sebagai Persatuan Wartawan Indonesia, tidak berubah menjadi Perpecahan Wartawan Indonesia. (*)