12 Oktober 2024

Melza Elen Siap Dorong Usaha Kain Tenun Serat Nanas di Prabumulih

PRABUMULIH | Koranrakyat.co.id – Penjabat (Pj) Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) Provinsi Sumatera Selatan, Melza Elen Setiadi sangat kagum dengan kain tenun yang berasal dari daun buah Nanas, yang dikembangkan kaum ibu di Prabumlih, Sumatera Selatan.

Rasa kagum itu dia ungkapkan ketika melakukan kunjungan kerja dalam rangka pembinaan 10 program pokok PKK di kota Prabumulih yang berlangsung di aula gedung kesenian Pemkot Prabumulih, Jumat (13/9/2024). Melza meninjau sentra tenun serat nanas Riady, serta menyempatkan diri menyambangi lokasi ternak ikan lele terpal.

”Kota Prabumulih ini sudah lama terkenal dengan hasil bumi berupa Nanas. Selain diolah dalam bentuk minuman kemasan, tanaman Nanas ternyata bisa dibuat bahan sandang, seperti kain tenun. Banyak inovasi dari buah ini. Karena itu saya menyarankan agar masyarakat Prabumulih tetap menjadikan tanaman ini sebabagi komoditi andalan daerah, berkut produk inovasinya,” tutur Melza ketima melihat langsung proses pembuatan kain dari serat daun Nanas di sntra tenun Riyadi.

Selain dibuat dalam bentuk kain, serat Nanas juga bisa dibuat menjadi tas, dan jenis-jenis kerajinan hiasan lainnya.

Kain tenun dan tas dari serat daun nanas asal Prabumulih, Sumatera Selatan tampil beda di pameran Karya Kreatif Indonesia (KKI) yang digelar Bank Indonesia di Jakarta Convention Center (JCC) 27-30 Juli 2023.

Inovasi dari hasil karya UMKM Sentra Tenun Serat Nanas Riady asal Prabumulih itu diboyong oleh para ibu-ibu yang risih dengan melimpahnya limbah daun dan kulit nanas di daerah mereka. Salah satunya Rita, pengerajin dan pemilik sentra tenun Riady.

Mengutip laman Pemkot Prabumulih, luas lahan panen nanas di Kota Prabumulih saat ini mencapai 18,110 hektare dengan jumlah produksi 45,574 ton per seklai panen. Tentu, hasil produksi nanas itu akan menyisakan tumpukan daun dan kulitnya jika tak dimanfaatkan.

Kisa pemanfaatan daun nana smenjadi kain ini, berawal dari inovasi Ibu-ibu di Prabumuih yang risih dengan banyaknya sampah duan Nanas di tempat-tempat sampah. Sebaut saja Ibu Rita, yang merasa risih dengan tumpukan sampah buah Nanas.

Suatu ketika dia bersama para ibu-ibu di lingkungannya berinisiatif mengolah daun nanas menjadi serat benang, dan kulitnya menjadi pewarna alami. Dengan 10 kg daun nanas, mereka bisa memproduksi 1 kg serat benang yang kuat.

“Buahnya sudah matang kita tebang, daunnya kita ambil untuk jadi serat. Ini melalui proses ada mesin dekortikator, jadi dari daun ke serat masuk ke mesin dekortikator dari sana baru serat itu kita butuhkan untuk keperluan apa,” tutur Rita.

Rita sudah menggeluti industri kreatif dari serat nanas ini sejak dua tahun lalu. Dengan 10 alat tenun yang ia miliki, ia mampu memproduksi 40-50 kain hasil pengolahan serat nanas menjadi kain. Ia pun sudah memiliki kain kualitas ekspor.

“Kalau misalnya untuk ekspor berarti speknya harus halus, kalau home decor kasar, tapi untuk spek benang antara, antara kasar sama halus, dari benang untuk menjadikan kain,” ucapnya.

Berbekal hasil riset Balitbang Pemda Sumsel terhadap kualitas serat nanas Prabumulih, ia mampu memproduksi berbagai olahan serat nanas, mulai dari benangnya sendiri, kain, hingga produk jadi seperti pakaian dan berbagai bentuk tas.

“Awalnya sendiri, sekarang sudah ada 10 karyawan, itu untuk tenun, dari serat ke benang banyak orangnya, kita libatkan ibu-ibu yang enggak punya pekerjaan kita berdayakan,” ungkap Rita.

Rita mengaku, mampu meraup omzet bulanan sekira Rp 40-50 juta dari hasil kerajinan tersebut. Namun, menurutnya omzet itu masih terbilang kecil lantaran permintaan ekspor yang ia peroleh dari Malaysia belum mampu terpenuhi karena keterbatasan alat dan sumber daya manusia (SDM) sebagai penenun.

“Karena barang kita terbatas, kita enggak bisa penuhi pesenan. Tapi kalau dari daun ke serat halus sudah diekspor ke Singapura, alhamdulillah sampai sekarang masih terus jalan, jadi ini peluangnya sangat besar,” ucap Rita.

Produksi industri kreatif serat nanas memang bukan satu-satunya dihasikan dari Prabumulih, ada juga dari Subang. Harga pasaran untuk serat nanas halus berkisar Rp 150.000 untuk lokal dan Rp 180.000 untuk ekspor, sedangkan kain 180 cm x 60 cm sekitar Rp 500.000 per lembar. (dm)