23 Januari 2025

Dukungan dan Gerakan Pro-Palestina Meluas dari Amerika ke Kampus Elite Eropa

Paris,KoranRakyat.co.id — Dukungan dan gerakan mahasiswa dari berbagai penjuru dunia untuk Palestina terus meluas.

Setelah di Amerika Serikat  –yang sangat pro Israel, kini giliran mahasiswa di Prancis yang menggelar demonstrasi solidaritas untuk Gaza, Palestina.
Dilansir detikNews mengutip Associated Press, Sabtu (27/4/2024), mahasiswa di Paris memblokir akses ke gedung kampus di sebuah universitas bergengsi di Prancis.

Pihak kampus pun memindahkan semua aktivitas belajar mengajar via daring.
Demonstrasi pro-Palestina itu mengawali hari drama di Institut Studi Politik Paris, yang dikenal sebagai Sciences Po, pada Jumat (26/4) waktu setempat.

Kampus elite itu merupakan almamater Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Perdana Menteri Prancis Gabriel Attal.
Para pengunjuk rasa awalnya menduduki gedung pusat kampus dan memblokir pintu masuk dengan tong sampah, kayu, dan sepeda.

Mereka berkumpul di jendela gedung sambil meneriakkan slogan-slogan pro-Palestina dan mengibarkan bendera serta plakat Palestina.

Pada Jumat malam, demonstran pro-Palestina dan pro-Israel sempat terlibat ketegangan di jalanan luar kampus. Polisi antihuru-hara pun turun tangan memisahkan kelompok itu.

Saat malam tiba, sekelompok pengunjuk rasa pro-Palestina yang jumlahnya semakin berkurang menolak untuk mengalah dan mengabaikan perintah polisi untuk membuka jalan.

Polisi juga mengingatkan kemungkinan penangkapan.

Akhirnya, para pengunjuk rasa keluar dari gedung sambil membawa bendera Palestina berukuran besar.

Mereka disambut sorak-sorai oleh para pengunjuk rasa yang mendukung mereka di luar.

Simak selengkapnya di halaman selanjutnya.

Massa kemudian mulai membubarkan diri dari daerah tersebut sambil diawasi oleh polisi.

Salah satu tuntutan pengunjuk rasa adalah agar Sciences Po memutuskan hubungan dengan sekolah-sekolah Israel.

Administrator Sciences Po Jean Bassères pun berjanji untuk mengadakan pertemuan pada pekan depan dan menangguhkan beberapa proses disipliner terhadap para mahasiswa.

Sebagai imbalannya, mahasiswa diminta ‘berkomitmen untuk tidak lagi mengganggu perkuliahan, ujian, dan semua aktivitas institusi lainnya’.

Perang Gaza menimbulkan perpecahan tajam di Prancis, yang memiliki populasi Islam dan Yahudi terbesar di Eropa Barat.

Prancis pada awalnya berupaya melarang demonstrasi pro-Palestina setelah serangan mendadak Hamas pada 7 Oktober terhadap Israel yang memicu perang dan meningkatnya sikap antisemitisme.

Pada Rabu malam, lebih dari 100 pengunjuk rasa pro-Palestina juga menduduki amfiteater Sciences Po.

Sebagian besar setuju untuk keluar setelah berdiskusi dengan manajemen tetapi sekelompok kecil mahasiswa tetap tinggal. Mereka dipindahkan oleh polisi malam itu juga.

Administrasi universitas menutup semua gedung universitas dan memindahkan kelas secara online pada hari Jumat.

Dalam sebuah pernyataan, pihak kampus ‘mengutuk keras tindakan siswa yang menghalangi berfungsinya lembaga dan menghukum siswa, guru, dan karyawan Sciences Po’.

Demo di kampus elite Prancis (detikNews/ AP Photo/Michel Euler)Seorang pengunjuk rasa, Louise, mengatakan aksi para mahasiswa tersebut terinspirasi oleh demo serupa di Universitas Columbia, New York dan kampus-kampus AS lainnya.

“Tetapi solidaritas kami tetap menjadi yang pertama dan terutama terhadap rakyat Palestina,” katanya.

Dia berbicara dengan syarat hanya nama depannya yang digunakan karena khawatir akan dampaknya.

Mahasiswa yang memprotes perang Israel-Hamas telah melakukan demonstrasi di Universitas Columbia, salah satu dari sejumlah demonstrasi yang mengguncang kampus-kampus elite di AS.

Ratusan mahasiswa dan bahkan beberapa profesor telah ditangkap di seluruh AS gara-gara ikut demo. (*/Sar)