11 Oktober 2024

“Menikmati Senja di Lebak Meranjat”.

(Penulis ; Drs H Iklim Cahya, MM).

DATANGLAH ke Desa Meranjat, Anda dapat menikmati “asyiknya” senja di kawasan Lebak desa yang terkenal dengan kuliner pindangnya ini. Jalan raya menuju ke desa ini cukup bagus dan aman.

Saat ini di area Lebak Desa Meranjat I Kecamatan Indralaya Selatan Kabupaten Ogan Ilir (OI), sekitar 50 Km dari Palembang atau 15 Km dari Indralaya, tengah dibangun tempat wisata oleh pemerintah setempat, yang dipimpin Kades Fahrul Hadi yang akrab disapa Pak Yung. Kawasan Wisata ini diberi nama “Lebak Meranjat”.

Dalam penyiapan penataan lokasi wisata ini, Kades didampingi oleh Willy Sandi, pendamping wisata yang telah berhasil ikut menjadikan Desa Burai sebagai kawasan eko wisata nasional. Saat ini di Desa Meranjat sudah terbentuk Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis), yang akan membantu Kades dalam memperindah kawasan wisata tersebut.

Bila Anda ke lokasi wisata Lebak Meranjat ini, kalau membawa kendaraan sebaiknya parkir di sekitar Masjid Jamik, masjid tertua dan terbesar di desa yang pernah menjadi ibukota Marga ini. Di dekat masjid ini juga ada makam yang terpelihara, yang konon adalah penduduk awal yang berdiam di Desa Meranjat.

Area wisata yang dibangun ini terletak di sebelah belakang masjid tersebut. Nanti Anda akan bertemu bangunan yang menjadi tempat nongkrong warga, yang dikenal dengan nama “Tanggo Rajo”. Tidak diketahui persis apakah dahulunya tempat ini pernah disinggahi Raja? Tapi kelihatannya tempat ini adalah tempat singgah bagi warga yang akan atau kembali dari lebak. Apakah akan mandi, atau ke sawah. Karena dahulu warga setempat terbiasa mandi di batang hari (sungai) atau di lebak. Mengingat dulu air di sungai dan lebak ini sangat jernih.

Kalau air lagi surut maka Anda dapat berjalan menuju ke area lebak tersebut, sambil memandang ke hamparan lebak yang cukup luas hingga ke seberang lebak.

Diseberang lebak tersebut ada daratan, yang dari jauh terlihat seperti hutan/kebun. Di kawasan ini ada satu makam/kuburan yang dikenal dengan nama “Usang Rimau”. Usang Rimau ini semasa hidupnya, konon sangat sakti mandraguna. Wilayah jelajahnya juga banyak dan jauh. Karena itu ia dihormati dan disegani, dan usang Rimau menjadi salah satu icon desa Meranjat.

Dulu di bawah tahun 2000, hampir setiap tahun warga Meranjat ziarah ke makam Usang Rimau, dengan naik perahu besar yang disebut warga “Perahu Pedaunan” karena sering digunakan warga untuk mengambil daun nipah di daerah Sungsang Muba ( sekarang masuk Kabupaten Banyuasin). Daun nipah ini kemudian dianyam dan dijadikan bahan untuk atap rumah atau gubuk. Saat itu usaha ini menjadi salah satu mata pencaharian sebagian warga desa Meranjat.

Aktivitas ziarah ke makam Usang Rimau ini oleh masyarakat setempat disebut “Ngantar Kembang”. Acara ini dipimpin oleh tetua. Tapi acara ini tidak ada syiriknya, hanya ziarah sambil berdoa kepada Allah SWT, minta kebaikan dan keselamatan bagi desa dan warganya. Peserta “ngantar kembang” ini sebagian besar kaum muda mudi desa. Kegiatan ini diagendakan pada musim air besar (dalam).

Pada saat air dalam, kawasan lebak Meranjat ini, terlihat seperti danau. Bahkan dulu kalau angin kencang, terlihat ombak besar yang disebut warga ombak kepala putih.

Ada baiknya juga, tradisi “ngantar kembang” ini tetap dilanjutkan, sebagai salah satu aktivitas wisata lebak Meranjat pada musim air dalam. Sedangkan pada musim air surut, lebak ini kering. Air hanya terlihat pada sungai dan anak-anaknya yang disebut warga Batang Hari. Pada musim kering ada objek lebak lebung yang merupakan lokasi untuk mengambil ikan. Terkadang di lokasi ini digelar acara makan-makan, karena biasanya ada bangunan yang disebut warga Ranggon semacam gubuk atau disebut juga “Dangau.” Kegiatan makan-makan secara bersama ini, namanya “bekela.”

Selain menikmati kawasan lebak Meranjat, kalau fasilitasnya tersedia warga juga bisa sambil berperahu. Selain itu di desa ini Anda juga bisa menikmati kulinernya, seperti ngirup pindang dan ngirup cuko, tentu saja sambil makan nasi atau makan pempek. Banyak tempat makan pempek di desa ini, Anda tinggal pilih. Harganya juga relatif terjangkau. Kemudian kalau mau bawa oleh-oleh, di desa ini juga ada jualan kerupuk kemplang dan Pekasam (Bekasam) yang rasanya terkenal enak.

TANJUNG SEPUTIK
Di desa Meranjat I ini ada kawasan wisata lain, yakni Tanjung Seputik. Tanjung Seputik juga kawasan lebak, tapi lebih luas daratannya. Dulu di bawah tahun 2.000, menjadi tempat muda mudi bersantai, sambil memadu kasih dan menikmati panorama alam kawasan lebak. Tidak jarang juga terlihat berbagai jenis burung hadir di lebak Tanjung Seputik ini. Sayang saat ini Tanjung Seputik tidak seindah dulu, karena tidak terurus.

Meranjat saat ini secara administrasi pemerintahan, terbagi dalam tiga desa yakni Desa Meranjat I, Meranjat II, dan Desa Meranjat Ilir. Tetapi secara sosial kemasyarakatan masih tetap satu. Desa ini sangat dikenal, karena itu kalau di rantau orang-orang dari kecamatan Tanjung Batu (lama), selalu mengenalkan diri sebagai orang Meranjat. Memang dari jaman penjajahan, Meranjat sudah dikenal. Dulu Pasirah Meranjat yakni Depati Anwar dikenal pemberani, bahkan dia berani “menampar” (memukul) tentara Dai Nipon (Jepang) yang berprilaku kurang ajar di desa tersebut.

Saat ini kantor Marga warisan Depati Meranjat, rumah dan makamnya ada di Desa Meranjat I Dusun 7 atau Kampung 14. Saat ini eks kantor Marga Meranjat dijadikan kantor Kepala Desa (Kades), sedangkan rumahnya saat ini kurang terurus. Tak jauh dari kantor dan rumahnya ini, ada makam Depati Anwar.

Selain itu juga di Desa Meranjat masih ada beberapa rumah lama, yang kondisinya juga sudah tua. Salah satunya rumah yang memiliki tangga lingkung. Walau sudah beberapa tahun ini, ciri khas tangga lingkung ini sudah diubah menjadi tangga biasa.

Inilah gambaran singkat tentang wisata Lebak Meranjat. Supaya tidak penasaran ayo silahkan datang langsung, sambil kita menikmati senja di Desa Meranjat, bukan senja di batas kota. ( Penulis pernah Ketua Karang Taruna “Usang Rimau” Desa Meranjat, 1989 – 1990)