7 Oktober 2024

In Memoriam Bob Tutupoly : Entertainer Hebat Itu Telah Pergi

Catatan Ilham Bintang

” Saya beruntung mengenal dan banyak belajar dari Bung Bob Tutupoly secara langsung. Bagi saya dia penyanyi hebat, tidak terjebak dalam stereotipe. Bob Tutupoly “sings like nobody and nobody sings like Bob Tutupoly”. Sebagai pembawa acara, Bob akan selalu saya jadikan panutan. Ia satu dari sedikit pembawa acara yang mampu bertutur dalam Bahasa Indonesia dan Inggris sama baiknya. Itu kenangan Tantowi Yahya, penyanyi lagu-lagu Country, Selasa (5/7) pagi. Judul tulisan ini pun mengadopsi judul testimoni Tantowi Yahya yang beredar di berbagai WhatsApp Group ( WAG).

“Indonesia punya banyak seniman hebat namun hanya beberapa saja yang layak disebut entertainer. Satu dari yang sedikit itu adalah Bob Tutupoly, ” tambah mantan Dubes RI di Selandia Baru itu.

Ninik L Karim

Bob Tutupoly, meninggal dunia Selasa ( 5/7) dinihari pukul 00.12 WIB di RS Mayapada, Jakarta. Berita duka itu diposting pertama kali Selasa pukul 00.17 WIB oleh aktris senior Ninik L Karim, di WAG “C-Nior”, komunitas artis-artis senior.

Beberapa jam setelah itu, saya masih ragu dan berharap berita itu salah, seperti berita duka hoax tentang Bob Tutopoly sebelumnya. Yang pernah beredar bulan Mei lalu. Ketika itu Bob memang terserang stroke sehingga dirawat beberapa waktu di RS.

Namun, sekali ini berita duka itu benar adanya. Terkonfirmasi melalui sumber berita valid yaitu keluarga dan sesama seniman musik sahabat mendiang yang dikutip berbagai media online. Penyanyi Fryda Lucyana juga mengirimi saya berita duka itu pukul 6 pagi tadi.

Agen pariwisata di Amerika

Kepergian penyanyi legendaris yang hampir tiada tanding itu membuat Indonesia kembali berkabung. Sebelumnya, kurang dua minggu kita kehilangsn artis legendaris Rima Melati yang wafat pada 23 Juni. Pukul 07.30 WIB Radio Elshinta mewawancarai saya. Penyiarnya, Mas Bery, menanyakan seputar kiprah Bob Tutupoly di blantika musik Indonesia. Saya menyampaikan beberapa catatan.

Bob Tutupoly, merupakan satu di antara hanya sedikit penyanyi Indonesia yang di tahun 1969 sudah “go international”. Delapan tahun, hingga 1977, dia tinggal di Amerika Serikat dan ikut memimpin Restoran Ramayana di New York. Resto itu didirikan oleh Pertamina untuk misi sebagai agen pariwisata Indonesia.

Di masa merantau itulah dalam posisi sebagai public relation di Restoran Ramayana (NY), Bob berkenalan dengan seorang penari Indonesia bernama Rosmayasuti Nasution (Yosie) yang kelak menjadi istrinya. Yosie adalah None Jakarta 1972 yang waktu itu tampil menari di Ramayana.

Bob Tutupoly melamar Yosie untuk menjadi istrinya pada tahun 1972. Lima tahun kemudian, tepat 15 April 1977, Bob dan Yosie resmi menjadi suami-istri di hadapan petugas catatan sipil. Pernikahan tersebut dihadiri oleh Adnan Buyung Nasution sebagai saksi atas keluarga Yosie dan Leo Lopulisa sebagai saksi dari pihak Bob. Putri semata wayang mereka lahir di Jakarta pada tanggal 29 Januari 1978 dan diberi nama Sasha Karina Tutupoly.

Menyanyi sejak kecil

Terlahir dengan nama Bobby Willem Tutupoly (13 November 1939 – 5 Juli 2022) Bob sudah gemar menyanyi sejak kecil. Mulai belajar mendapatkan uang jajan tambahan pada masa remajanya dari kegemaran menyanyi itu. Saat duduk di bangku SMA, Bob diajak bergabung dalam Kwartet Jazz di RRI Surabaya oleh Didi Pattirane. Bersama Kwartet itu Bob merekam lagu-lagu daerah Maluku, seperti “Mande-Mande”, “Sulie”, dan “Donci Bagici”.

Rekaman tersebut difasilitasi oleh perusahaan rekaman milik negara, Lokananta. Pada masa itu, Bob juga bergabung dengan Chen Brohers (Bubi Chen, Nico, Jopie Chen, dan Frans) untuk mengisi acara dansa kalangan atas. Bob Tutupoly pernah juga bergabung dengan Band Bhinneka Ria bersama dengan Bubi Chen, Loudy Item, Award Seweileh, Marius Diaz, Hasan Alamudin, dan Yusmin. Band ini berhasil menjuarai festival band di Surabaya dan festival Band se-Jawa di Jakarta.

Band Bhinneka Ria sempat bermain bersama Trio Los Pancos dan merekam lagu Oto Bemo, Kopral Jono, bersama dengan Jack Lesmana pada tahun 1960. Ketika berkuliah di Universitas Padjadjaran, Bandung, Bob bergabung dengan grup Cresendo pimpinan Yongki Nusantara yang sering tampil di Hotel Savoy Homan dan Bumi Sangkuriang serta beberapa klub malam kota Bandung.

Pada tahun 1963, band The Riders meminta dirinya menggantikan vokalis mereka saat itu, Bill Saragih, yang bekerja di Thailand. Bersama The Riders, Bob tampil di Nirwana Super Club, Hotel Indonesia sebanyak 15 kali dalam sebulan. Bob tidak hanya tampil di Hotel Indonesia, tetapi juga di TVRI dan tempat-tempat lain yang mengundangnya.

Masa itu Enteng Tanamal, pemimpin Band Panca Nada, mengajaknya pula untuk merekam lagu-lagu Natal bersama Pattie bersaudara di Remaco. Lagu – lagu yang paling hits adalah “Tinggi Gunung Seribu Janji”, ” Lidah Tak Bertulang”, dan ” Tiada Maaf Bagimu” merupakan lagu yang melegenda hingga sekarang.

Bob pernah meraih gelar Penyanyi Kesayangan Siaran ABRI. Selain itu, ia juga dianugrahi Golden Records (piringan emas) karena hasil penjualan piringan hitamnya laku di pasaran.

Widuri

Sekembali dari Amerika pada 1977, karier Bob semakin melesat melalui lagu ” Widuri ” ciptaan Slamet Adriyadi, yang sangat terkenal hingga pun saat ini. Bukan hanya di Indonesia tetapi juga di Malaysia.

Bob Tutupoly patut diteladani musisi dan penyanyi zaman now. Sangat professional, karirnya jalan lurus. Tidak ada catatan pernah cawe-cawe dalam urusan politik, atau ikut berebut kursi di parlemen, apalagi ikut-ikut mengusahakan dirinya menjadi pejabat publik.

Saya setuju dengan pendapat Tantowi Yahya. Benar, Bob Tutupoly adalah entertainer sejati. Menyanyi, main film, dan menjadi MC sama hebatnya. Itu cukup menjelaskan, mengapa popularitasnya awet hingga sekarang. Orang zaman dulu dan anak zaman now sama-sama mengenal dan mengakui kehebatannya, tanpa bisa melihat ada perbedaan mencolok penampilan Bob di masa muda dengan Bob di usia lanjut, yang memang tidak ada perubahannya.

Saya terakhir bertemu Bob Tutupoly sekitar lima tahun lalu. Cukup lama sekali. Waktu itu kami menghadiri menghadiri perkawinan putri Chris Pattikawa – Rina Hassim di Hotel Borobudur, Jakarta. Pembawaannya seperti biasa tampak bugar dan ceria berkat rajin berolahraga.

Dua tahun masa pandemi dengan penerapan pembatasan kegiatan masyarakat ( PPKM) menyebabkan interaksi kami terhenti. Hingga muncul berita Bob Tutupoly terserang stroke bulan Mei lalu, dan Selasa ( 5/7) pagi telah meninggalkan kita untuk selama-lamanya. Jenasah mendiang saat ini disemayamkan di Rumah Duka RS Siloam Semanggi, lantai 15, San Diego Suites MRCCC, John Room 1505. Pemakamannya direncanakan hari Kamis (7/7).

Selamat beristirahat Bob Tutupoly. Karya-karyamu tetap akan dikenang abadi. (*)