Ini Rapor Film Indonesia di Masa Pandemi
Catatan Ilham Bintang
Manoj Punjabi “menang banyak” justru di masa pandemi. Ketika banyak produser film kolaps, generasi kedua keluarga Punjabi yang menakhodai perusahaan film MD Pictures itu bisa menarik nafas lega.
Pertama, dua film produksi MD berhasil menyedot penonton terbanyak di bioskop tahun 2021 dan 2022.
Meski jumlah produksinya menurun, lantaran kesulitan bioskop beroperasi normal di masa PPKM ( Peraturan Pembatasan Kegiatan Masyarakat), film MD, ” Makmun”, meraih top box office di tahun 2021 dengan capaian 1.761.129 penonton. Sedengkan film “Kukira Kau Rumah” (2022) yang saat ini masih dipertunjukkan di bioskop meraih 2.105.981 penonton per hari Selasa, (22/2).
Dua tahun pandemi, MD memang mengalami penurunan produksi yang drastis. Seperti dialami seluruh perusahaan film lndonesia. Secara umum tergambar dari data produksi film bioskop tahun 2020 di angka total 35 judul dan sekitar 36 judul pada tahun 2021.
Total penonton pun hanya 12.812.618 di tahun 2020 dan 4.491.185 di tahun 2021. Bandingkan dengan jumlah penonton dua tahun sebelum pandemi 2018-2019 mencapai angka di atas 50 juta di dua tahun itu. Sedangkan produksinya, tahun 2018 sebanyak 128 judul dan sejumlah sama pada 2019. Produksi MD, dua tahun berturut -turut itu mencapai total 50 judul.
Dana segar dari Cina
Tak hanya itu capaian MD yang membuat Manoj Punjabi (45 tahun) sering berdendang hari-hari ini. Perusahan yang dibangun Manoj berdua ayahnya, Damoo Punjabi, bahkan berhasil mendapatkan pula dana segar 700 milyar rupiah dari Tancent Holding, perusahaan multimedia Cina.
Perusahaan itu membeli 14,62 % saham MD. Pencapaian itu mengungguli “suhunya” Raam Punjabi, legend dunia film Indonesia, pemilik perusahaan film Multivision Plus. Yang puluhan tahun menjadi “sasana perguruan” Damoo berkiprah di dunia film, yang juga menjadi wadah Manoj “ditempa” di masa remaja.
MD juga mendapatkan slot tayang di platform digital WeTV milik Tancent Holding dan di Disney + Hostar.
Pencapaian itu menjadi konpensasi bagi MD karena hanya dapat memproduksi tiga judul film bioskop pada tahun 2020 dan dua judul pada 2021.
Multivision Plus sendiri hanya dapat memproduksi tiga judul untuk film bioskop dan lima webseries OTT dalam dua tahun pandemi. Hanya untuk penayangan di TV Nasional, jumlah produksi MVP bisa mencapai 10 Judul. “Ditambah dengan enam untuk platform OTT tahun 2022 ini,” terang Raam Punjabi, Rabu (23/2) pagi. Dasarnya gen petarung Raam optimistis pandemi segera berlalu, dan dia bisa kembali bekerja mengenjot produktifitas perusahaannya.
Star Vision, perusahaan film yang juga dikenal produktif, masih lumayan memproduksi 15 judul film bioskop dalam dua tahun itu. Hanya saja yang tayang baru 5 judul. “Lumayan, ada satu diantaranya termasuk box office. Yaitu : film Yowis Ben Finale “kata Ir Chand Parwez Servia, Boss Star Vision, tak kehilangan semangat.
Star Vision juga sudah melirik platform OTT sejak tahun 2018. ” Alhamdulillah. Dalam dua tahun ini sudah 7 judul yang tayang di OTT,” tambahnya.
OTT sebagai alternatif
Pandemi Covid19 merupakan tahun kelabu bagi banyak produser film bioskop. Tak hanya di Indonesia, melainkan di seluruh dunia. Namun, pandemi itu pula yang mendorong sebagian produser untuk lebih serius mendalami bisnis platform OTT yang lagi tren di dunia entertainment.
Manoj mengatakan pelabuhan utama film produksinya tetap bioskop. Tapi pengalaman pandemi Covid-19, memberi pelajaran berharga. Dari semula pesimis hingga termotivasi untuk mencari jalan keluar di platform OTT itu.
“Selama pandemi, kita tetap bisa syuting dengan menerapkan protokol kesehatan ketat. Namun tidak ada yang bisa menjamin film bisa tayang di bioskop. Tahun 2020 ada banyak produksi yang siap tayang, tapi operasional bioskop bergantung keputusan pemerintah. Kalau kemudian pemerintah membolehkan, eh, giliran penontonnya yang masih takut ke bioskop.
Maka, MD pun menggenjot produksi webseries untuk penayangan di kanal Over The Top ( OTT). Dua tahun ini MD total sudah memproduksi 38 judul. Untuk platform WeTV dia memproduksi 13 judul webseries. Yang sudah tayang 8 judul sampai dengan awal 2022.
Salah satu webseriesnya untuk WeTV yang sukses adalah “Layangan Putus” (produksi 2021) yang ditonton lebih dari 15 juta kali dalam satu hari penayangan. Serial itu dibintangi oleh Reza Rahadian, Putri Marino, Anya Geraldine, Marthino Lio, Frederica Alexis Cull, hingga Raquel Katie. Series itu viral dibicarakan di mana-mana. Ungkapan “It’s my dream not hers” ditiru dari orang tua sampai bocah. Cucu-cucu saya sehari-hari sering meniru ungkapan itu, entah tahu dari mana.
Selain di WeTV, MD juga punya kerjasama dengan TV Disney + Hotstar (Direct To OTT). Sudah 17 judul produksinya yang ditayangkan di chanel OTT dunia itu. Makanya, tatkala sejumlah produser film repot mengurus subsidi biaya promosi dari pemerintah, dia tenang tenang saja.
“Kami memang tidak tertarik bantuan dana itu,” kata Manoj, Rabu (23/2) siang yang saya hubungi pertelepon.
Kabarnya subsidi promosi film yang berasal dari dana PEN (Pemulihan Ekonomi Nasional) yang disalurkan oleh Kementerian Pariwisatan dan Ekonomi Kreatif sudah terhenti pula.
Ada sekitar 10 perusahaan yang sempat menerima masing-masing Rp.1,5 M. Dari catatan yang ada belum satu film pun yang mendapat subsidi itu sukses dalam penayangan di bioskop. Sekjen PPFI ( Persatuan Perusahaan Film Indonesia), Zairin Zain, mengaku tidak tahu menahu subsidi biaya promosi itu.
“PPFI sejak awal tidak dilibatkan. Aturan mainnya pun tidak tahu, ” kata Zairin. Dua bulan lalu, ia memang sempat mendengar ramai diberitakan kisruh penyaluran dana itu. Sebagian seniman film menentang karena tidak tepat sasaran. Penerima bantuan banyak dari kalangan produser yang sebenarnya mampu. Kalangan penentang itu pun meminta pemerintah menghentikan program yang hanya menunjukan ketidakadilan, selain rawan penyimpangan. Adakah sebab itu dihentikan pemerntah, entahlah. Wallahu’alam bissawab. (*)